HOW TO FIND A LEGITIMATE CRYPTO RECOVERY EXPERT; HIRE CENTURY WEB RECOVERY

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA: Petang belum pula menjelang, Sugito sudah asik menyeruput kopi. Sesekali asap mengepul dari mulutnya, terpapar liar di tengah kerumunan calon pemudik.

 

Peluh berkucur di dahi sergap disekapnya. Sebagai kuli panggul di stasiun pasar Senen, musim mudik seperti hari ini tentu membuatnya bekerja lebih ekstra. Meski begitu, mudik selalu menjanjikan ceruk Rupiah yang melimpah.

 

Sugito tak menampik, untung selalu mengerubung  menjelang arus mudik. Dia mengaku bisa membawa pulang uang hingga Rp 300.000—Rp 500.000 setiap hari. “Padahal, kalau hari libur, dapat Rp 50.000 saja sudah senang,” kelakarnya santai.

 

Pria  beranak empat ini telah bekerja sebagai kuli panggul di Stasiun pasar Senen sejak 15 tahun lalu. Setiap musim mudik tiba, jumlah kuli panggul di stasiun bisa melonjak dua kali lipat. Baginya, kehadiran porter dadakan tak membuat pendapatannya berkurang.

 

“Biasa saja. Kalau rezeki, semua pasti dapat bagian,” katanya.

 

Tak hanya Sugito yang sumringah, mudik juga memberi berkah bagi pedagang asongan dan PKL musiman. Sejumlah barang dijajakan secara militan mulai dari rokok, kopi, kipas, hingga aksesoris imitasi brand populer mulai dari jam tangan dan ikat pinggang.

 

Belum lagi, kios dan warung makan yang berjejer di depan halaman stasiun. Sebagian besar warung hampir terisi penuh.  Padahal, harga barang dan makanan bisa berlipat-lipat dari harga normal di tempat umum lainnya.

 

Meski begitu, pergerakan pengais untung di stasiun pasar Senen tak dibiarkan begitu saja. Demi menjaga ketertiban, pihak stasiun memberlakukan penggunaaan seragam kepada sejumlah porter, pedagang asongan, hingga tukang parkir.

 

“Mereka hanya wajib membeli seragam. Tidak ada itu stasiun cari untung. Kita hanya mau mereka tertib,” jelas Udin Saepuddin, Kepala Stasiun Pasar Senen. (if)

 

 

 

Sumber