Cara menghubungi CS dana cepat

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA: Kementerian Perindustrian menilai terus tertekannya pertumbuhan sektor industri dalam negeri akibat sektor itu dipaksa menjalankan bisnisnya dengan skema pembiayaan dan permodalan yang kurang kompetitif.

 

 

Berdasarkan pengamatan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), sektor industri mengalami kontraksi produksi pada semester I/2012. Industri yang paling banyak mengalami penurunan adalah di sektor baja  dan tekstil. Penurunan secara rata-rata itu akibat oleh turunnya penjualan dalam negeri dan luar negeri. Untuk sektor tekstil, Indonesia terbukti kalah bersaing dengan barang impor.

 

Achdiat Atmawinata, Staf Ahli Menteri Bidang Penguatan Struktur Industri Kementerian Perindustrian mengatakan perusahaan perbankan yang beroperasi di indoensia, baik swasta maupun milik negara, masih memakai bunga komersial untuk mengucurkan pembiayaan untuk sektor industri.

 

“Bagaimana kita bisa bersaing dengan China, Thailand dan Brasil jika perusahaan pembiayaan belum berpihak,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (11/7/2012).

 

Negara-negara pesaing itu sudah lebih dulu memberikan bunga/skema pembiayaan khusus bagi industrinya.

 

Idealnya, lanjutnya, harus ada bank yang dibentuk oleh negara untuk melayani pembiayaan khusus industri. Penunjukan atau pembentukan bank isndutri ini adalah suatu bentuk keberpihakan pada sektor penggerak ekonomi terbesar.

 

Achdiat memaparkan, sektor industri merupakan sektor yang sangat berbeda dengan perdagangan atau yang lainnya. Sektor industri menghasilkan value added yang tingi dengan payback lebih lama. Memang profit lebih kecil tetapi kemampuan membentuk multiplier effect  berupa menumbuhkan industri pendukung di sektor riil harus jeli dihitung.

 

Berdaasrkan catatan Bisnis, saat ini pemerintah melalui Kementerian Perindustrian menginisiasi pembentukan lembaga pembiayaan berupa perusahaan perbankan untuk membiayai seluruh kebutuhan industri dengan dana awal sedikitnya Rp100 triliun.(msb)

 

 

 

Sumber