Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Optimalkan biofuel, Kadin Jabar aktifkan lagi pokja energi alternatif

Recommended Posts

BANDUNG: Kadin Jawa Barat berniat  mengaktifkan kembali Kelompok Kerja (Pokja) Energi Alternatif untuk mengoptimalkan kembali peluang bisnis biofuel dari tanaman jarak pagar.

 

Ketua  Kadin Jabar Agung Suryamal Sutisno mengatakan tanaman jarak sebagai bahan baku energi terbarukan berpeluang dikembangkan para pelaku usaha di Jabar. “Jarak itu banyak tumbuh di Jawa Barat,” katanya di Bandung, Jumat (29/6/2012).

 

Dia menjelaskan beberapa tahun lalu pemerintah sempat menggembar-gemborkan pengembangan biofuel namun hanya sebatas wacana tanpa implementasi nyata di lapangan.

 

Pada 2007, katanya, Kadin Jabar merespon niatan pemerintah mengembangkan energi biofuel dengan membuat Pokja Energi Alternatif dan Biofuel atau yang dikenal Pokja Jarak.

 

Tak hanya itu, para petani di sejumlah daerah pun ramai-ramai menanam buah jarak kala itu. Tak adanya aksi nyata dari pemerintah menurut Agung membuat program itu terhenti. “ [Kegagalan] Ini jadi beban bagi kami kalangan industri,” katanya.

 

Kadin Jabar menurut Agung kepincut dengan keberhasilan produsen biofuel asal Malaysia, Bio Oil National (Bionas) yang sukses mengembangkan jarak di 24 negara sejak 2007 lalu. Menurutnya Bionas memberikan banyak terobosan dalam dunia usaha dan keseriusan membangun energi terbarukan.

 

Karena itu dalam pemikiran Agung, potensi jarak di Jawa Barat harus kembali digarap serius. “Saya akan aktifkan lagi Pokja Jarak. Supaya [kendala] yang dihadapi pemerintah harus ada solusi. Semua pihak harus fokus,” katanya. Selama ini banyak institusi merespon pengembangan jarak dengan cara pandang yang berbeda-beda.

 

Menurutnya persoalan yang dihadapi para pelaku jarak adalah belum adanya tata niaga yang pasti, serta sarana dan prasarana yang memadai. “Ini yang belum disentuh oleh kita. Ke depan kita akan fokus,” katanya.

 

Agung meyakini pembenahan tataniaga dan infrastruktur dibenahi akan membuat daya beli petani akan terkerek juga penggunaan biofuel jarak nantinya akan menaikan daya saing produk Jabar.

 

Sementara itu, pengamat pertanian dari Universitas Padjadjaran (unpad) Prof Tuhpawana Priatna Sendjadja mengatakan minimnya petani yang melakukan penanaman buah jarak lebih disebabkan oleh karena rendahnya harga jual dan minimnya pihak yang menampung tanaman tersebut. "Petani tidak mau menanam itu karena harganya yang tidak menguntungkan,” katanya.

 

Secara makro, lanjutnya, menanam buah jarak yang bisa dijadikan sebagai komoditas  energi alternatif memang menguntungkan, akan tetapi secara mikro justru merugikan.

 

Menurut Pimpinan Bionas Indonesia Darningsih Rustiadji Jabar memiliki karakteristik tanam jarak yang unik dbanding daerah lain. Selain bisa tumbuh dimana saja, petani jarak di Jabar menurutnya bisa memanen dalam waktu empat bulan. Pihak Bionas sendiri menurutnya menawarkan harga beli yang kompetitif.

 

“Kami menampung hasil panen jarak dengan harga Rp 3.300 per kg,  harga pasar di Indonesia saat ini Rp700 -Rp2.000,” katanya.

 

Untuk meningkatkan pertumbuhan komodoti jarak di Jabar, Bionas mendirikan pusat pembibitan di Kadipaten,  Majalengka. (k6/k57/arh)

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...