Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia
Masuk untuk mengikuti  
bot

Timur Tengah Panas, Harga Minyak Ikut Mendidih

Recommended Posts

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia membuka awal pekan ini dengan penguatan. Melansir dari Refinitiv per pukul 09.00 WIB, Senin (29/12/2025), menunjukkan Brent (LCOc1) berada di US$61,09 per barel, sementara WTI (CLc1) di US$57,13 per barel. Keduanya bergerak naik dibandingkan penutupan Jumat lalu.

Kenaikan pagi ini memperpanjang tren pemulihan sejak pertengahan Desember. Dari level terendah sekitar US$58,92 untuk Brent dan US$55,27 untuk WTI pada 16 Desember, harga perlahan menanjak hingga kembali menembus area psikologis US$60 per barel.

Pergerakan ini memberi sinyal bahwa pasar mulai menilai ulang risiko gangguan pasokan menjelang tutup tahun.

Lonjakan tersebut sejalan dengan laporan Reuters pagi ini yang menyebut harga minyak naik di awal perdagangan Asia karena investor menimbang eskalasi konflik di Timur Tengah dan perkembangan perang Rusia-Ukraina. Brent sempat diperdagangkan di sekitar US$61,21 per barel dan WTI di kisaran US$57,28, atau hampir 1% lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya, dilansir dari Reuters.

Menurut analis Haitong Futures Yang An, yang dikutip Reuters, pasar kembali sensitif terhadap geopolitik setelah Rusia dan Ukraina kembali saling menyerang infrastruktur energi. Di saat bersamaan, kawasan Timur Tengah juga memanas menyusul serangan udara Arab Saudi di Yaman serta pernyataan Iran yang menyebut negaranya berada dalam kondisi "perang skala penuh" dengan Amerika Serikat, Eropa, dan Israel.

Ketegangan ini menjadi kontras dengan tekanan yang sempat menekan harga pada Jumat lalu. Saat itu Brent dan WTI anjlok lebih dari 2% karena kekhawatiran akan potensi kelebihan pasokan global serta harapan adanya kemajuan dalam perundingan damai Ukraina. Presiden AS Donald Trump bahkan menyebut peluang kesepakatan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy "semakin dekat", walau detail krusial seperti status wilayah Donbas masih menggantung, menurut Reuters.

Di luar Eropa Timur dan Timur Tengah, pasar juga mencermati perkembangan di Amerika Latin. Reuters melaporkan bahwa aktivitas pemuatan tanker di Venezuela melambat setelah Amerika Serikat menyita dan mencoba mencegat sejumlah kapal pengangkut minyak negara tersebut. Langkah ini membuat jutaan barel minyak Venezuela tertahan di kapal dan memaksa pembeli meminta diskon lebih dalam karena risiko pengiriman meningkat.

Tekanan terhadap perusahaan minyak negara PDVSA makin besar karena sanksi dan gangguan operasional akibat serangan siber. Meski mitra utamanya, Chevron, masih mengekspor beberapa kargo ke Amerika Serikat, ketidakpastian seputar arus ekspor Venezuela menambah lapisan baru kekhawatiran pasar terhadap keseimbangan pasokan global.

Di tengah kondisi tersebut, analis IG Tony Sycamore, seperti dikutip Reuters, memperkirakan harga minyak akan bergerak di kisaran US$55-US$60 per barel dengan pasar terus memantau kebijakan AS terhadap pengiriman minyak Venezuela serta dampak operasi militer AS terhadap target ISIS di Nigeria, salah satu produsen penting Afrika.

CNBC Indonesia

(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
[1]

References

  1. ^ [Gambas:Video CNBC] (www.cnbcindonesia.com)

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites
Masuk untuk mengikuti  

×
×
  • Create New...