cahyadi Pemilik Lapak 0 Posted Agustus 31, 2013 JAKARTA, KOMPAS.com — Butuh waktu dua tahun bagi gitaris grup band GIGI, I Gede Dewa Budjana, untuk merampungkan buku seni keduanya, Dawai Dawai Dewa Budjana. Buku itu berisi 34 potret koleksi gitar kesayangannya yang dilukis ataupun diukir oleh para perupa kenamaan."Selama dua tahun Budjana berjibaku, dia melaksanakan cita-citanya, alhamdulillah hari ini apa yang dicita-citakannya tercapai, 34 gitar yang dilukis dan diinstal. Dan sekaligus ini adalah hari bahagianya bahwa pada hari ini Budjana genap berumur 50 tahun," ujar manajer GIGI, Dhani "Pette" Widjanarko, dalam peluncuran buku seni Dawai Dawai Dewa Budjana di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (30/8/2013). Budjana memang membutuhkan dua tahun dalam proses penulisan buku seni tersebut. Namun, dirinya sudah mulai mengoleksi gitar berlukis atau yang berukir sejak 2002. "Tadi sudah dijelaskan sama Dhani, dua tahun pembuatan bukunya, tapi gitarnya lebih lama lagi, dari 2002. Tapi koleksinya belum banyak (ketika kali pertama mengoleksi), 2007 baru saya tambah koleksinya lagi," jelas Budjana. Agar gitar bermerek Parker, Gibson, Fender, Godin, Takamine, hingga Epiphone miliknya menjadi lebih indah dengan lukisan atau ukiran, Budjana menggandeng para perupa kenamaan, seperti Jango Paramarta, Made Sumadiyasa, Putu Sutawijaya, dan Wayan Tuges untuk berekspresi. "Jadi kalau konsepnya memang beda-beda, kebanyakan saya bebaskan. Kecuali satu gitar Parker, saya bawa konsepnya ke Wayan Tuges, dia pengukir di Sukowati (Bali), saya ingin konsepnya Dewi Saraswati yang berarti Dewi Pengetahuan," kata Budjana. Budjana mengaku sering menghilang dari GIGI hanya untuk mencari para perupa kenamaan tersebut. "Kalau saya sama GIGI lagi main di Semarang, saya jalan ke Yogya karena di sana banyak perupa. Kalau lagi main sama GIGI saya suka menghilang," ungkapnya lalu tertawa. Pengerjaan lukisan atau ukiran ini, menurut Budjana, membutuhkan waktu yang berbeda-beda. "Waktunya mungkin beda-beda, I Nyoman Gunarsa (tahun pembuatan 2010) melukis di gitar PRS soapbar bisa enam bulan," cerita Budjana. "Terus ada satu pelukis legend di Kamasan, yang saya hubungi dia enggak bisa lagi karena sakit. Tapi dua tahun kemudian dia hubungi saya mau lukis, berarti ini nambah lagi. Tahun ini dia usianya 97 tahun. Saya enggak siap suruh dia bikin, kasihan sudah tua. Saya datang dia bilangnya, 'Saya sudah mau mati'. Waduh ngomongnya kok itu terus. Akhirnya cuma tanda tangan sama foto itu cukup," lanjutnya. Menariknya, Budjana mengaku sama sekali tak mengeluarkan uang sedikit pun untuk gitar-gitar yang dilukis atau diukir para perupa itu. "Kalau ngomongin biaya, saya bingung karena saya enggak pernah bayar. Untuk melukis semua mungkin rumah saya habis buat lukis gitar. Kebetulan dari para perupa ini belum pernah melukis gitar, dan dia tidak mau lagi. Satu pun enggak ada yang ngomong, 'Kamu punya (uang) berapa?'," ujar Budjana. Sumber Share this post Link to post Share on other sites