Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Dahlan Iskan, Janganlah Bersedih

Recommended Posts

"Nama saya Remaja Tampubolon. Orang biasa memanggil saya Jaja. Golongan darah saya "S" alias Sales. Saya yakin dan percaya, golongan darah "S" adalah golongan darah yang paling banyak dicari di setiap perusahaan. Mereka yang memiliki golongan darah "S" akan menjadi ujung tombak yang mengawal produktivitas hasil yang dicapai perusahaan, apapun industrinya."

 

Saya berterimakasih kepada Pak Jaja, untuk mengizinkan saya mengutip paragraf pertama dalam Pengantar buku laris yang ditulisnya, Sales in You, sebagai pembuka kolom ini.

 

Kalimat Jaja itu, saya kira, seratus satu persen benar. Malah bisa jadi, dua ratus persen lebih sekian, juga masih benar.  Sales, di kalangan masyarakat yang sok priyayi, umumnya dilihat sebagai profesi yang tidak keren. Seringkali dilihat dengan mata mendelik, dan kerap diremehkan oleh para calon mertua.

 

Namun, disadari atau tidak, sebenarnya setiap diri kita adalah sales. Pada dasarnya, setiap aktivitas yang kita lakukan adalah menjual. Mulai dari pembicara seminar hingga para manajer yang menyampaikan presentasi dalam rapat-rapat manajemen. Mereka berjualan, Jualan ide dan gagasan.

 

Pun setiap pelawak adalah sales, karena dia berjualan lelucon. Begitupun, setiap juru kampanye juga menjalankan aktivitas penjualan, karena akan menentukan calonnya layak dibeli (dalam arti dipilih) atau tidak. Janjinya bisa mempengaruhi orang lain atau tidak, meskipun kadang-kadang dunia politik mirip panggung lawak yang penuh lelucon.

 

***

 

Anda tentu tahu Angelina Sondakh. Setelah sekian lama jadi buah bibir di dunia hiburan, kemudian di dunia politik, lalu di kancah hukum, pekan ini Angelina Sondakh kembali menjadi buah bibir karena vonis 4,5 tahun yang diterimanya.

 

Ya. Vonis 4 tahun enam bulan di pengadilan Tindak Pidana Korupsi membuat terkejut banyak orang. Pasalnya, jaksa menuntut Angelina Sondakh dengan hukuman penjara 12 tahun dan denda Rp32 miliar.

 

Seperti dapat 'bonus' Anggi hanya dijatuhi hukuman penjara 4,5 tahun, dengan denda Rp250 juta.

 

Maka kita menyaksikan melalui layar televisi, Angelina justru tampak lega, dan bahkan berfoto bersama Reza Amartevia. Anda tahu, Reza adalah mantan istri Adji Massaid, yang kemudian menceraikannya. Adji lalu menikahi Angelina, sebelum almarhum meninggal beberapa waktu lalu.

 

Saat ditanya Pak Hakim soal vonis yang diterimanya, Angelina mengatakan "akan pikir-pikir". Pengacaranya juga mengatakan "akan pikir-pikir". Begitu pula Pak Jaksa. Bahasa mereka sudah sama.

 

Maka, Angelina berhasil menjadi sales yang hebat bagi dirinya sendiri. Ia bisa "meyakinkan" institusi peradilan yang mengadilinya. Setidaknya sampai saat persidangan lalu.

 

Soal apa yang terjadi, tak perlulah Anda galau. Hanya Tuhan yang tahu, apa yang terjadi sebenarnya.

 

***

 

Anda tentu tahu pula Joko Widodo. Gubernur DKI Jakarta yang populer sekali dengan panggilan Jokowi itu seolah tengah menikmati "bulan madu politik" di Ibu Kota.

 

Bayangkan saja, kemacetan yang begitu parah di Jakarta beberapa pekan terakhir, dan banjir yang menggenai berbagai ruas jalan saat hujan terjadi, tidak menjadikan Jokowi sebagai tersangka, apalagi terdakwa.

 

Teman saya mengeluh, "Gila, hari ini rekor: Cibubur-Jakarta empat jam." Mungkin waktu tempuh empat jam, untuk jarak sekitar 40 km, masih bisa dibilang "normal" jika memang terjadi kemacetan parah.

 

Namun coba saja bayangkan, untuk jarak 3 km di kawasan Mega Kuningan dan Cassablanca memakan waktu tempuh dua jam. Ini sebenarnya pemborosan waktu dan energi luar biasa. Betapa banyak bensin yang terbakar sia-sia?

 

Tapi, kendati macet parah, kritik ke Pak Gub Jokowi nyaris tak terdengar. Mengapa? Sederhana sekali: Jokowi berusaha tetap humble, yang menjadi cirikhas personal selling-nya. Ia tetap menjaga sikap rendah hatinya.

 

Ia pun turun ke bawah betulan, blusukan ke mana-mana, untuk cari penyebab masalah Ibu Kota. Ia tak mau asal terima laporan bawahan yang "Asal Bapak Senang" saja. Bukan tak percaya kepada bawahan, melainkan supaya kebijakannya sesuai dengan kebutuhan dan realitas yang ada.

 

Maka, setidaknya, Jokowi telah men-deliver apa yang telah dijanjikan saat kampanyenya: Akan masuk ke gang-gang sempit, untuk tahu situasi Jakarta. Ia tidak mengatakan ahlinya Jakarta, dan berterus terang mengaku bukan malaikat yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit Ibu Kota seketika.

 

Maka, Jokowi telah menjadi sales untuk dirinya sendiri. Kisah Jokowi memang masih panjang, dan akan akan diuji lagi dalam implementasi kebijakannya di Ibu Kota. Namun setidaknya, ia telah menginspirasi sejumlah politisi untuk blusukan menyambangi para konstituen mereka.

 

Dengan bercanda, dalam berbagai obrolan, ada yang curiga, jangan-jangan Presiden Yudhoyono yang belakangan aktif blusukan di daerah-daerah miskin, juga terinspirasi Pak Jokowi.  Moga-moga saja tidak, karena kebetulan saja timing-nya agak sama.

 

***

 

Hari-hari ini, jika Anda tak kenal tokoh yang bernama Dahlan Iskan, rasanya keterlaluan. Boss grup koran bertiras terbesar di Indonesia, yang kini menjadi Menteri BUMN, itu memang tak lekang dari cerita.

 

Pak Dis, panggilan akrab Dahlan Iskan, selalu saja mampu menyedot perhatian media. Mulai dari melabrak pintu tol yang kebablasan hingga "mengurus" wilayah tol partikelir yang bukan wewenang BUMN, menyebutkan sejumlah nama anggota DPR terkait isu "minta jatah BUMN" yang kemudian sebagian diralatnya, hingga soal mobil listrik yang pekan lalu terkena musibah di dekat kampung halamannya.

 

Bagi yang paham, kisah mobil listrik Pak Dis sebenarnya masih amat jauh dari tujuan akhir; untuk bisa benar-benar dimassalkan. Tapi Pak Dis begitu populer dengan ide dan gagasannya itu, lantaran kemampuan komunikasi personalnya.

 

Dan selepas terkena musibah saat uji coba mobil listrik Tucaxi, Pak Dis pun punya formulasi penjelasan yang begitu mudah diterima masyarakat awam.

 

Ia siap mengorbankan diri kalau perlu nyawa untuk menguji sebuah teknologi yang dibutuhkan Indonesia. Ia siap pasang badan. Begitu kira-kira. Dan, sejenak, pernyataan itu luar biasa.

 

Maka, sebagian masyarakat pun begitu mengidolakan Pak Dis, karena karakter publik kita yang memang gampang terenyuh, terpesona, dan terharu.

 

Tak begitu penting, apakah uji mobil seperti dilakukan Pak Dis itu proper, sesuai aturan atau tidak.  Yang penting, Pak Dis telah dianggap memelopori apa yang disebut sebagai terobosan teknologi.

 

Apalagi Pak Dis kini memiliki atribut sebagai pejabat publik yang tak canggung menerapkan pemikiran lateral, mencari jalan yang tak biasa. Publik tak merasa perlu menunggu dan melihat seperti apa hasil akhirnya.

 

Maka, Pak Dis tak perlu larut dalam kesedihan karena kecelakaan yang dialaminya.

 

***

 

"Jika dulu kita menunggu Satrio Piningit, kini kita mendapatkan Satria Bergitar."

 

Begitu bahan candaan yang kini beredar di mana-mana, karena Bang Haji Rhoma Irama disebut-sebut sebagai salah satu kandidat Presiden 2014.

 

Satrio Piningit adalah istilah yang dikonotasikan dengan tokoh yang saat ini belum keluar ke permukaan, yang memiliki garis tangan untuk menjadi penguasa Indonesia. Ini adalah versi para penganut kepercayaan Jawa.

 

Satria Bergitar, bagi para penggemar dangdut, adalah salah satu judul film yang dibintangi Rhoma Irama, dan menjadi julukan bagi tokoh dangdut yang populer di banyak kalangan itu. Dan itulah atribut personal Rhoma Irama.

 

Dan, bukan cuma Rhoma Irama. Rasanya, menjelang 2014 mendatang, akan semakin banyak tokoh yang menyedot perhatian publik dan tampil di media, terlepas ia Satrio Piningit atau bukan, yang menggunakan atribut personalnya. Bukan sekadar atribut baju kotak-kotak ala Jokowi. Bagaimana menurut Anda? (arief.budisusilo@bisnis.co.id)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...