KKP Setor PNBP Rp775 M, Disokong Izin Pemanfaatan Ruang Laut

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA: Tiga kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, dan Semarang mengalami penurunan muka tanah yang cukup tinggi akibat penyedotan air tanah secara besar-besaran.

 

Dodid Murdohardono, Kepala Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi Kementerian ESDM, mengatakan ketiga daerah itu masuk zona merah dan harus mulai dikendalikan penggunaan air dalam tanah.

 

Menurut dia, Jakarta mengalami penurunan muka tanah paling tinggi, mencapai 10 cm per tahun.  Berikutnya Semarang mencapai 6 cm-7 cm per tahun, dan Bandung sekitar 5 cm per tahun.

 

“Jika terus dibiarkan, Jakarta bisa tenggelam. Penurunan muka tanah juga mengancam kerusakan infrastruktur dan bangunan,” katanya pada workshop Sistem Informasi Air Tanah,  Selasa (13/11)

 

Dodid mengatakan kota-kota besar lainnya seperti Medan dan Surabaya juga mulai mengalami penurunan muka tanah, namun tidak sebesar tiga kota tadi. Penurunan muka tanah disebabkan oleh pengambilan air dalam tanah dalam skala besar, yang biasanya dilakukan oleh industri.

 

Pengeboran air tanah dalam skala rumah tangga masih dalam batas wajar, karena kapasitas dan jangkauannya kecil. Pemerintah daerah diminta mulai membatasi dan mengendalikan izin pengambilan air tanah tersebut.

 

Pemerintah pusat sendiri, lanjutnya, saat ini sedang menyusun sistem informasi air tanah secara nasional. Sistem informasi ini akan mendata potensi dan kondisi air tanah di setiap wilayah sebagai acuan ke depan dalam mengambil  kebijakan untuk konservasi.

 

Presiden, lanjutnya, baru saja menandatangani Peraturan Pemerintah yang baru mengenai Sistem Informasi Hidrologi, Hidrometrologi, dan Hidrogeologi sebagai dasar untuk pengumpulan data potensi air tanah secara nasional.

 

“Saya baru dapat informasi, jika PP-nya sudah diteken, tinggal menunggu penomoran,” ujarnya. (arh)

 

 

 

 

 

 

Sumber