Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

EDITORIAL BISNIS: Beban Perkotaan Kian Berat

Recommended Posts

Di Indonesia, urbanisasi terus terjadi. Oleh karena itu, beban perkotaan semakin be­­­rat. Besarnya arus perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan tercermin dari perkiraan pemerintah bahwa 52% populasi saat ini tinggal di perkotaan.

 

Itu berarti lebih dari 120 juta orang berjejal di perkotaan. Akibatnya, di satu sisi kita lihat kebanyakan perkotaan kian padat dan kurang nyaman, sementara itu, di sisi lain kita saksikan perdesaan yang memiliki lahan luas justru banyak ditinggalkan warga berusia produktif.

 

Jika tidak ada langkah drastis, proporsi warga yang menghuni perkotaan ini akan terus meningkat. Hal itu juga menjadi kecenderungan global. Dalam 2 dekade mendatang, sekitar 80% penduduk dunia diperkirakan akan tinggal di perkotaan, dan kota-kota di negara berkembang akan mendapat beban yang paling berat karena me­­nyerap 95% dari pertumbuhan perkotaan.

 

Jumlah penduduk yang membengkak dengan cepat karena urbanisasi akan membawa masalah ikutan yang tidak sedikit. Persoalan lapangan kerja, transportasi massal, ketersediaan hunian, kesehatan lingkungan, ketersediaan pangan, pembangunan infrastruktur, dan berpuluh masalah lain akan mengiringinya. Perlu upaya yang serius untuk menciptakan kota yang nyaman dihuni.

 

Kita tentu mafhum bahwa masing-masing kota memiliki masalah yang khas dan berbeda-beda. Kota yang sudah terlanjur sangat besar dan sangat kompleks seperti Jakarta membutuhkan pendekat­an yang berbeda dengan kota yang relatif kecil.

 

Perlu terobosan be­­sar yang segera bagi kota-kota yang sudah terlanjur pa­­­dat dan ruwet seperti Jakarta, dan perlu rencana jangka panjang mengantisipasi bertumbuhan hingga puluhan tahun ke depan bagi kota-kota yang lebih kecil.

 

Mari kita tengok contoh kecil soal transportasi massal. Kita bisa amati bahwa banyak kota me­­­nengah di Indonesia belum membangun sistem transportasi massal yang baik. Akibatnya, mobilitas penduduk sangat tergantung pada kendaraan pribadi. Ada inefisiensi besar di sana. Sulit diba­yangkan apa jadinya dalam 20 tahun ke depan jika kota-kota itu terus membesar dan makin ruwet sementara sistem transportasi terus ­mengandalkan kendaraan pribadi.

 

Jika kita telisik lebih jauh, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya menciptakan kota yang lebih nyaman untuk dihuni.

 

Pertama, perencanaan dan pengembangan kota yang tepat. Ini terkait dengan tata ruang, strategi anggaran, pembangunan infrastruktur, fasilitas publik, dan semacamnya. Pihak yang paling bertanggungjawab adalah pemerintah daerah setempat.

 

Kedua, peran aktif warga dalam upaya menciptakan kota yang nyaman. Kesadaran dalam ­mengelola sampah, mengurangi penggunaan ­kendaraan pribadi dengan beralih ke transportasi publik, mengurangi polusi, serta mengawasi pengelolaan kota oleh pemerintah daerah menjadi kunci utama.

 

Ketiga, strategi nasional untuk mengerem laju urbanisasi. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari perencanaan pembangunan serta distribusi kesejahteraan dan lapangan kerja. Tanpa pengurangan laju urbanisasi maka beban perkotaan akan terus bertambah dan kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan akan kian melebar.

 

Belajar dari pengalaman negara lain, tidak ada kata terlambat untuk membenahi kota agar lebih nyaman dihuni.

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...