Wamentrans Soroti Potensi Kawasan Transmigrasi di Diseminasi Riset TEP

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA: Bisnis berskala menengah dan kecil menjadi sasaran empuk pelaku kejahatan Internet.

 

Peneliti keamanan Internet di ESET mengamati pelaku kejahatan ini cenderung memiliki cara berbeda dalam melancarkan aksi dan beraksi karena dorongan ingin memiliki uang.

 

Penjahat cyber mengincar perusahaan menengah karena banyak uang beredar, seperti transfer, pembayaran, dan penerimaan dari konsumen. Sementara, marjin perusahaan tipis sekali.

 

Kedua, proteksi yang minim. Proteksi terhadap keamanan, baik pada jaringan komputer maupun sistem, lebih longgar, lebih sederhana, ketimbang perusahaan besar. Karena itu proteksi mudah ditembus dan pelaku mudah menghilang tanpa terdeteksi, tidak teridentifikasi, bahkan tidak sempat tertangkap.

 

Kondisi ini disebabkan kesadaran terhadap keamanan dan investasi di sumber daya teknologi informasi masih sangat kecil. Peristiwanya pun tidak muncul ke permukaan sehingga luput dari perhatian publik.

 

Yudhi Kukuh, Technical Consultant PT Prosperita-ESET Indonesia, menuturkan kejahatan Internet telah melewati fase lanjut, yakni ketika malware bisa diperjualbelikan kepada eksekutor untuk melakukan serangan.

 

"Bahkan, menjual dan menyewakan akses ke sistem yang telah berhasil diretas, kemudian "dikuras" isinya, dengan cara apa saja. Misal, memasukkan Distributed Denial of Service  (DDoS), data harvesting, spamming, spying, dan penipuan transaksi perbankan," tutur Yudhi dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Selasa (23/10).

 

Perlindungan terhadap bisnis mikro merupakan salah satu fokus pengembangan aplikasi keamanan produk ESET untuk kebutuhan bisnis.

 

(Faa)

 

 

 

 

Sumber