Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

PERDAGANGAN RI-THAILAND: Ekspor makanan & garmen perlu didorong

Recommended Posts

JAKARTA: Indonesia perlu lebih banyak mengekspor produk makanan dan garmen ke Thailand untuk mengatasi defisit neraca perdagangan antara kedua negara.

 

Atase Perdagangan RI di Bangkok Ida Rustini mengatakan beberapa produk makanan Indonesia masih memiliki keunggulan kompetitif sekalipun Thailand selama ini dikenal dengan julukan Kitchen of The World.

 

Beberapa produk makanan yang potensial untuk dipasarkan di Negeri Gajah Putih adalah mi dan makanan khas Nusantara.

 

“Memang di Thailand juga ada noodle (mi), tapi variasi noodle di Indonesia lebih banyak,” katanya di sela Trade Expo Indonesia (TEI) 2012, Minggu (21/10).

 

Pihaknya juga mendorong agar pelaku usaha membuka restoran padang yang masih jarang sekalipun diminati masyarakat di negeri seribu pagoda itu.

 

Selain itu, ekspor pakaian jadi, terutama pakaian Muslim, perlu digenjot mengingat ada 11 juta warga Muslim di Thailand. Negara itu selama ini juga menjadi destinasi wisata turis asal Timur Tengah dan Malaysia.

 

Total perdagangan RI-Thailand selama Januari-Agustus 2012 mencapai US$11,37 miliar dengan nilai ekspor Indonesia hanya US$3,71 miliar.

 

Defisit itu terjadi karena Indonesia banyak mengimpor produk otomotif dari Thailand, sedangkan ekspor Indonesia ke negara itu lebih banyak berupa bahan baku.

 

“Banyak juga pengusaha Thailand yang belum tahu produk Indonesia,” ungkapnya.

 

Dalam ajang TEI 2012 yang digelar 17-21 Oktober, pihaknya memfasilitasi 18 pengusaha Thailand yang bergerak di bidang usaha furnitur, makanan ringan, confectionary, surimi olahan, perhiasan dan batu mulia, home decor, tas kulit ular dan buaya, kopi, sarang burung walet dan event organizer service.

 

Hingga pameran berakhir, terjadi trial order dengan buyers dari Thailand sebesar US$285.600 dengan kontak dagang prospektif US$3,43 juta per tahun.

 

Sementara, transaksi hingga hari ketiga TEI tercatat US$641,05 juta, yang terdiri atas produk senilai US$436,41 juta dengan buyers terbesar dari Arab Saudi 45,87%, Afrika Selatan 34,55%, Australia 5,01%, Nigeria 3,44% dan India 2,47%.

 

Dominasi produk ada pada otomotif dan komponennya sebesar 50,08%, disusul elektronik dan kelistrikan 32,1%, produk kayu 9,68%, kertas dan produk kertas 3,65% dan alas kaki 1,27%.

 

Sementara, transaksi jasa hanya US$204,64 juta yang sebagian besar disumbang dari permintaan jasa tenaga kerja di bidang hospitality, konstruksi dan jasa pertambangan.

 

Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami mengatakan realisasi transaksi baru mencapai 32,05% dari target karena belum termasuk transaksi pada hari keempat dan kelima.

 

Selain itu, ada potensi transaksi antara salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia untuk membangun gedung parlemen di Afrika senilai US$2 miliar.

 

“Di Afrika ada 53 negara. Kalau dana yang dibutuhkan US$40 juta per gedung, total bisa US$2 miliar. Ini potensi yang sangat besar,” katanya. (08/Bsi)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...