Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

WIRAUSAHA SUKSES: Sugiharto Berbisnis Dengan Biaya Efisien

Recommended Posts

”Saya ini bukan siapa-sapa karena belum tergolong pengusaha sukses.  Sebenarnya saya baru saja memulai usaha.”

 

Itulah ungkapan Sugiharto saat berbincang dengan Bisnis mengenai  beberapa segmen usaha yang tengah digelutinya, mulai dari percetakan, marketing support, bisnis di bidang pendidikan, hingga produsen consumer goods .

 

 Jiwa wirausahanya selaras dengan kreativitas mengelola dan menjadikan setiap unit usaha menghasilkan pundi-pundi. Dengan kata lain, inovasinya layak dijadikan sebagai referensi. Inilah keunggulan seorang entrepreneurs bernama Sugiharto.

 

Adapun produk yang tengah diperkenalkan kepada masyarakat luas saat ini berupa sabun cuci piring, pencucui tangan hingga pembersih lantai dan gedung yang lebih kerap disebut sebagai cleaning material. Produsen komoditas tersebut selama ini memang dikuasai perusahaan raksasa.

 

Namun, bagi alumni sarjana pertambangan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tesebut, sangat optimistis bisa memasuki pasar dengan segmen konsumen berbeda. Sebab, dia mempunyai beberapa keunggulan untuk melakukan penetrasi pasar.

 

”Saya bahkan berani bersaing dengan perusahaan besar dalam konteks harga. Umumnya usaha besar tidak menguasai pembuatan atau proses mulai dari dasar. Sebaliknya saya bisa menghasilkan produk pembersih dengan menciptakan sendiri bahan bakunya,” papar Sugiharto.

 

Jika diibaratkan seorang penjual mie bakso, perusahaan besar mengumpulkan seluruh bahan bakunya dari supermarket. Ada juga yang dibeli dari pasar, dan kuahnya diciptakan dari bumbu mie instan. Jadi, pekerjaannya hanya meramu dari bahan baku yang sudah tersedia.

 

Intinya, kata dia, dia mampu membuat produk dari bahan kimia dasar sehingga biaya produksinya sangat efisien. Ekses positifnya, nilai jual bisa ditekan serendah mungkin di bawah harga pemasaran produsen skala besar.

 

Sisi keunggulan bisnisnya adalah dari harga jika dibandingkan dengan usaha skala besar. Sebab, pemodal besar atau usaha besar umumnya menggunakan bahan setengah jadi untuk diolah menjadi satu komoditas.

 

Pemilik CV Big’s Image tersebut, menegaskan the most important think dari keterlibatannya dalam beberapa segmen bisnis tersebut, ada value chains yang membuat setiap kegiatan bisnisnya bisa menghasilkan keuntungan.

 

Alasannya memilih consumers goods menjadi bisnis baru, karena marketnya masih terbuka di mana-mana. Meski masih terkendala izin, akan tetapi produknya sudah memasuki pasar, dan bahkan sudah menjadi alternative bagi corporate tertentu.

 

Sabun pencuci berbagai keperluan itu sebenarnya masuk kategori premium, akan tetapi strateginya menyasar pada skala menengah ke bawah. Dan sasaran usahanya tidak hanya mengejar segmen rumah tangga seperti yang dilakukan perusahaan besar.

 

Menurut analisa dia, satu produsen sabun cuci nasional, bisa meraih omzet sebesar Rp22 triliun per tahun. Padahal,  produk yang mereka pasarkan hanya untuk keperluan mencuci pakaian serta perabotan rumah tangga seperti piring dan gelas.

 

”Saya tidak hanya bermain di segmen itu, dan mulai ekspansi untuk memenuhi kebutuhan primer dari perkantoran, perhotelan, café, restaurant, perusahaan prosesing makanan hingga pemeliharaan rumah sakit maupun gedung-gedung.”

 

Brand produk yang sudah dipasarkan meski belum resmi diluncurkan adalah Fresho untuk keperluan rumah tangga. Kemudian Ecotech yang dikhususkan untuk proses pembersih di restoran, rumah sakit, dan pabrik pengolah makanan.

 

Sugiharto juga tidak perlu menanam investasi besar untuk usaha terbarunya tersebut. Secara umum investasi yang diperlukan untuk menghasilkan sabun pembersih untuk berbagai keperluan tersebut sekitar Rp6 miliar.

 

Namun, Sugiharto mampu melakukan efisiensi luar biasa untuk menghadirkan komoditas itu. Dia hanya mengeluarkan investasi sekitar Rp1,2 triliun. “Mengapa efisiensinya sangat tinggi, karena teknologi dan produksi diciptakan sendiri.”

 

Bisnis lainnya yang dilaksanakan Sugiharto seperti marketing support, menjadi partner dari berbagai perusahaan skala besar milik asing maupun nasional. Ditegaskan, marketing support bukan bisnis event organizer (EO), karena dia tidak mengkoordinir acara.

 

”Saya hanya menawarkan ide yang saya miliki bagi peningkatan pemasaran produk setiap perusahaan. Ide itu juga kerap munculk dari kliennya. “Saya lalu mengeksekusi kegiatan tersebut bagi keperluan perusahaan-perusahaan, dan fungsi saya ini jelas bukan EO.”

 

Peraih S2 untuk manajemen internasional di Universitas Grenoble, Prancis tersebut mengatakan bisnis lain yang telah digarap berupa alat peraga pendidikan Sonics System yang dipakai untuk mengajar pada anak usia dini.

 

”Melalui sistem tersebut, seorang anak usia dini akan diberi pelajaran berbicara dalam bahasa tertentu hingga fasih.  Jika seorang anak masuk program ini untuk bahasa Inggris, maka dia akan memahami karakter bahasa itu secara detail demean logat asli Inggris.

 

Produk cleaning material yang diciptakan Sugiharto, saat ini mungkin belum dikenal masyarakat secara luas, akan tetapi dia memastikan sudah bisa ditemukan di pasar-pasar nasional. Terkait nilai jual produk pembersih untuk berbagai keperluan, dia meminta supaya calon konsumen memonitoring  sendiri.

 

”Ide menangkap peluang usaha saya mungkin tidak masuk kategori pemula, akan tetapi kale berbicara mengenai kapasitas usaha, apa yang telah saya lakukan dan laksanakan, mungkin belum tergolong mampu memberi kontribusi kepada orang lain atau menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.”

 

Itulah alasan Sugiharto sehingga masih enggan dikategorikan sebagai pelaku usaha atau wirausahawan sukses.  Apalagi dikelompokkan sebagai pengusaha besar. Dia memposisikan dirinya sebagai wirausaha yang tengah merintis untuk mempertahankan eksistensi usaha.

 

Peraih S2 manajemen umum dari Universitas Indonesia ini bahkan optimistis calon wirausaha akan muncul dari berbagai perguruan tinggi apabila pemerintah terus menggelorakan semangat kewirausahaan dari lembaga pendidikan resmi tersebut.

 

 “Untuk menjadi seorang entrepreneurs memang tidak mudah. Akan tetapi jika pemerintah mendukung program penciptaan wirausaha dari perguruan tinggi,  maka generasi mendatang makin sensistif menangkap peluang usaha untuk menciptakan lapangan kerja,” tandas Sugiharto.

 

Harapannya, program kewirausahaan yang diusung Kementerian Koperasi dan UKM bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga mampu menghasilkan karya dan produk yang menjadi kebutuhan primer masyarakat. (bas)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...