Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

LAPORAN KHUSUS: Cepat Untung, Cepat Pula Bangkrut (Bagian III)

Recommended Posts

SOLO: Ketua Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Solo, Bambang Ary Wibowo, menegaskan salah satu celah yang kerap dimainkan para broker nakal ialah dalam pembuatan surat perjanjian.

 

Surat perjanjian, kata Bambang, biasanya dibikin sekadar untuk melindungi tindak kejahatan para broker nakal. Untuk itulah, sambung Bambang, klausul surat perjanjian biasanya dibikin panjang, rumit, dengan huruf kecil-kecil. Tujuannya,  agar tak mudah dibaca dan sulit dimengerti nasabah.

 

“Dalam kondisi seperti ini, konsumen akan mudah terjebak jika tak teliti. Apalagi, biasanya tak ada kesempatan bagi konsumen untuk membaca, menelaah, apalagi memahami isinya,” terangnya.

 

Mengacu pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata, jelas Bambang, ada empat syarat surat perjanjian dikatakan sah. Keempat syarat itu ialah adanya kesepakatan, adanya cukup umur, adanya sebab tertentu dan halal. “Nah, makna halal ini ialah adanya kepatutan terhadap UU, norma yang berlaku dan tak adanya unsur penipuan,” paparnya.

 

Pengamat teknologi informasi dan investor saham berbasis teknologi informasi, Muhammad Mujahidin, menguraikan strategi berinvestasi online memakai singkatan ABCD. Pertama ialah “Aman”.

 

Investasi yang aman adalah yang jelas aspek legalitas perusahaan, keberadaan kantor, struktur organisasi hingga profesionalitas pegawai. Untuk mengeceknya, bisa dengan browsing di internet atau mendatangi langsung. “Jika masih meragukan, jangan sekali-kali mencoba berinvestasi di sini,” kata pria yang akrab disapa Mas Didin ini.

 

Aspek kedua ialah pertimbangan besar kecilnya keuntungan dan risiko. Prinsip ini menegaskan bahwa setiap investasi yang membawa keuntungan besar juga akan membawa risiko besar. “Jadi, ini harus dipertimbangkan dengan kemampuan investor,” paparnya.

 

Aspek ketiga ialah kecepatan perputaran kekayaan. Semakin cepat untung, kata Didin, biasanya semakin cepat pula bangkrut. “Jika percepatan keuntungan yang ditawarkan menggiurkan namun tak masuk akal, maka ini jelas penipuan,” paparnya.

 

Dan yang terakhir, kata Didin, waspadai perusahaan bodong. Apalagi sekarang ini, perusahaan bodong marak selalu menyasar orang-orang awam yang tergiur dengan keuntungan berlipat meski tak masuk diakal. “Saya pernah juga diajak bergabung dengan bisnis abal-abal ini namun nurani saya menolak,” tegasnya. (Tim Espos/msb)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...