Kala PNM Dampingi Ibu-ibu Mekaar Berperan Sebagai Penguat Keluarga

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA: Insiden kasus patah tulang paha atas akibat osteoporosis (keropos tulang) di Indonesia akhir-akhir ini meningkat.

 

"Meningkatnya kasus patah tulang akibat osteoporosis, karena faktor risiko osteoporis juga meningkat," kata Tjandra Yoga Aditama, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Jumat (12/10/2012).

 

Menurut data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010, kasus patah tulang mengalami peningkatan setiap tahun sejak 2007. Pada 2007 ada 22.815 insiden patah tulang, pada 2008 menjadi 36.947, 2009 jadi 42.280 dan pada 2010 ada 43.003 kasus.

 

Dari data tersebut, katanya, SIRS  menyimpulkan rata-rata angka insiden patah tulang paha atas, tercatat sekitar 200/100.000 pada perempuan dan laki-laki di atas usia 40 tahun.

 

Prevalensi penyakit keropos tulang, ujarnya, juga mengalami peningkatan dari 23% pada usia 50-80 tahun, menjadi 53% pada usia 70-80 tahun.

 

Insiden patah tulang ini, ujar Tjandra, perlu mendapat perhatian khusus. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), 50% patah tulang paha atas akan menimbulkan kecacatan seumur hidup, dan 30% bisa menyebabkan kematian.

 

Sementara itu Dokter Siti Annisa Nuhonni, Wakil Ketua Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (Perosi), menambahkan sosialisasi pola makan sehat dengan menjaga komposisi protein, kalsium dan vitamin D.

 

Menurut Siti, minimal kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh adalah 1.000 mg untuk usia 9-15 tahun, dan 1.200 mg untuk usia di atas 50 tahun.

 

Untuk mengatasi patah tulang ini, lanjutnya, Perosi  bekerja sama dengan WHO dan telah berhasil membuat Fracture Risk Asessment Tool (FRAX) untuk Indonesia, yang resmi beroperasi pada 27 April 2012.

 

"Dengan adanya FRAX Indonesia, dokter dapat memprediksi kejadian patah tulang pada penderita penyakit keropos tulang dalam 10 tahun ke depan," ujar Siti. (bas)(Foto:inquisitr.com)

 

 

 

Sumber