JASA PASANG WALLPAPER VINYL DI MALANG RAYA

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA: Pengembangkan sektor manufaktur dibutuhkan untuk penyerapan tenaga kerja yang tinggi menimbang besarnya jumlah penduduk Indonesia.

 

Ekonom Senior Bank Dunia Sjamsu Rahardja mengatakan besarnya usia produktif di Indonesia perlu diberdayakan melalui sektor ekonomi sekunder yang memeiliki penyerapan tenaga kerja tinggi.

 

"Besarnya generasi muda yang produktif mampu ikut berkontribusi dalam produksi," ungkapnya dalam Seminar Mempercepat Laju Revitalisasi Pertumbuhan di Sektor Manufaktur Indonesia, Rabu (10/10/2012).

 

Sjamsu juga mengatakan penyerapan tenaga kerja yang tinggi berarti pengurangan kemiskinan yang lebih cepat sehingga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang kuat.

 

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi berpendapat dalam 10 tahun terakhir banyak pengusaha sektor manufaktur beralih ke sektor mineral dan perkebunan.

 

"Margin keuntungan dari sektor manufaktur menurun. Kemudian sekarang banyak yang berbondong-bondong ke pertambangan batu bara," ungkapnya.

 

Sementara itu, Ekonom Kepala Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan perbankan saat ini lebih yakin dalam memberikan pinjaman kepada sektor manufaktur.

 

Dia mengatakan keyakinan tersebut didasarkan atas penurunan NPL [Non Performing Loan] sektor manufaktur dalam beberapa tahun terakhir.

 

"Tapi perbankan tetap melihat secara detil karena sektor ini [manufaktur] sensitif terhadap krisis ekonomi," ujarnya.

 

Berdasarkan data Bank Indonesia, NPL sektor manufaktur sebesar 5% pada December 2009. Nilai tersebut merupakan yang tertinggi di antara sektor-sektor yang lain. Namun, nilai NPL itu terus menurun hingga pada Juli 2012 hanya sebesar 2,6%.

 

Pada Juli 2012, NPL sektor manufaktur berada di bawah sektor utilitas (2,7%), konstruksi (2,8%), transportasi dan komunikasi (3,0%), serta Perdagangan, Hotel, dan Restoran (3,4%).? (ra)

 

 

 

Sumber