Sinergi Kementan-TNI Salurkan 10 Ton Bahan Pangan ke Bener Meriah Aceh

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA:? Ketua DPP Partai Amanat Nasional Bima Arya Sugiarto menilai perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri sudah sangat buruk yang ditandai sejumlah anggota polisi menjemput paksa penyidik KPK.

 

"Hubungan KPK dan Polri sudah memasuki level akut," kata Bima Arya usai diskusi "Polemik: Korupsi Karena Kursi" yang diselenggarakan sebuah radio swasta, di Jakarta, Sabtu (6/10/2012).

 

Pembicara lainnya pada diskusi tersebut, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Aktivis LSM Indonesia Corruption Watch, dan Pengamat Politik Universitas Indonesia Arbi Sanit.

 

Bima Arya mengkhawatirkan, perseteruan kedua lembaga penegak hukum tersebut dimanfaatkan oleh sejumlah oknum yang memiliki kepentingan terselubung dalam pemberantasan korupsi yang pada akhirnya mengendalikan salah satu lembaga ini.

 

"Jangan sampai ada oknum kotor yang mengendalikan institusi lembaga penegakan korupsi. Presiden harus cepat bertindak mengatasi situasi buruk ini," katanya.

 

Bima Arya juga meminta DPR RI untuk segera memanggil Kapolri untuk memberi penjelasan mengenai kedatangan sejumlah anggota provost dari Mabes Polri dan Polda Bengkulu ke kantor KPK, pada Jumat (5/10) malam, yang kemudian menjemput paksa, penyidik KPK Novel Baswedan.

 

Apalagi, kata Bima, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo menyatakan tidak mengatahui kedatangan sejumlah anggota provost Polri ke kantor KPK yang menjemput paksa penyidik KPK.

 

"Kalau Kapolri menyatakan seperti itu, ini ada yang gawat," kata Bima Arya.

 

Menurut dia, hubungan buruk antara KPK dan Polri ini harus segera diakhiri dan pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan komitmen yang sama untuk menegakkan pemerintahan yang bersih.

 

Jika tidak ada penjelasan resmi dari Kapolri, menurut dia, dikhawatirkan penjemputan paksa penyidik KPK dinilai sebagai tindakan yang benar. (Antara/msb)

 

 

 

Sumber