Komite Otsus Papua: Prabowo Minta Pemda Bahas Divestasi Saham Freeport

[Lebay Pemilik Lapak 0]

JAKARTA - Tren penguatan rupiah dalam beberapa bulan belakangan menjadi kompensasi pergerakan uang yang beredar saat Lebaran, sehingga bisa menimbulkan inflasi. Namun, sebenarnya, penguatan emas juga harus diwaspadai.

 

Hal ini disampaikan Pengamat Ekonomi, Aviliani, usai Halal Bihalal, di kantor Kementerian Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (5/9/2011).

 

"Menurut saya rupiah kan cukup kuat jadi kompensasi uang di Lebaran. Tapi harus pikirkan emas, jangan sampai ikut tambah inflasi. Keputusan Bank Indonesia (BI) kan bisa salah, emas padahal bagian investasi, ke depan harus diperhitungkan tentang rakyat banyak," jelasnya.

 

Aviliani memproyeksikan inflasi bisa di atas tujuh hingga delapan persen. "Kita antisipasi rupiah, tapi ini bahaya karena ledakan penduduk Indonesia jadi berpengaruh ke inflasi," dia mengimbuhkan.

 

Dia menambahkan, hal lainnya yang patut diperhitungkan adalah bahan pokok yang berada di wilayah luar Jawa. Karena menggunakan sistem distribusi, seharusnya tidak masuk ke inflasi.

 

Aviliani menuturkan, Bulog harus menyiapkan logistik, baik dari segi di lapangan dan akurasi data. Karena, ketidakuratan data kerap membuat salahpaham antara Kementeri Perdagangan dan Kementerian Pertanian

 

"Ini akan berlangsung empat tahun, jadi harusnya Indonesia kuat. Nilai tukar akan berjasa, pemerintah harus hati-hati kalau dana masuk banyak," tukasnya.

 

Selain itu, antisipasi impor juga harus diperhatikan. Menurutnya, dengan menguatnya rupiah, impor bisa semakin banyak masuk. Di mana krisis pangan di 2012, di Amerika Serikat (AS) dikabarkan bisa besar-besaran. "Kita harus antisipasi pangan 2012," ujarnya singkat.

(ade)

 

 

 

 

 

Powered By WizardRSS.com | Full Text RSS Feed | Amazon Plugin | Settlement Statement | WordPress Tutorials

 

Sumber