Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Mak Warteg, Jerry Ng & mitos nasib baik

Recommended Posts

Jika Anda suka keluyuran di seputar Taman Sunda Kelapa, coba deh sesekali mampir mencicipi aneka kuliner kelas kaki lima, yang selalu ramai pembeli, terutama saat jam makan siang.

 

?

 

Tempat itu selalu ramai karena memang lokasinya strategis. Selain ada Masjid Sunda Kelapa, ada pula kantor Bappenas, dan hanya sepelemparan batu dengan rumah dinas Wakil Presiden. Karena itu, hampir tiap hari tidak pernah sepi, selalu disambangi orang.

 

?

 

Saya mengenal tempat itu, terutama sejak menjalani profesi sebagai wartawan bisnis dan ekonomi. Taman Suropati, begitu saya suka menyebut kantor Bappenas, dan Lapangan Banteng, sebutan untuk kantor Kementerian Keuangan dan Kementerian Perekonomian, adalah tempat nongkrong favorit, terutama saat puncak krisis ekonomi 1997/1998.

 

?

 

Saat itu, hampir tiada hari tanpa nongkrong di antara dua tempat tersebut. Untuk apa? Kami mencegat Mr Hubert Neiss, kala itu adalah Direktur IMF untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik, dan Tim Ekonomi Pemerintah, yang selalu rapat maraton membahas program pemulihan ekonomi Indonesia.

 

?

 

Kalau tidak di Bappenas, ya Lapangan Banteng. Selain pejabat IMF, ada para teknokrat pemerintah, seperti Pak Saleh Afiff, saat itu Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan (Ekku Wasbang), Mar'ie Muhammad (kala itu Menteri Keuangan), Soedradjad Djiwandono (Gubernur Bank Indonesia saat itu), dan Kepala Bappenas Ginandjar Kartasasmita. Mereka begitu sabarnya meladeni setiap pertanyaan tentang hasil-hasil perundingan dengan IMF, tanpa kenal waktu.

 

?

 

Situasi itu hampir saban hari berlangsung, saat puncak krisis ekonomi 1997/1998 terjadi, saat di mana IMF "menggulung tikar" Indonesia melalui berbagai pil pahitnya, yang memberangus banyak bisnis besar, industri besar dan bank-bank besar pun tutup.

 

?

 

Dipaksa profesi untuk joint the crowd seperti itu membuat saya, mungkin juga banyak wartawan yang lain, mengalami "cinta lokasi".?

 

?

 

Eiit jangan salah duga dulu. Cinta lokasi ini tidak berkaitan dengan perempuan. Yang saya ingin jelaskan adalah kecintaan dengan makanan. Ya, untuk mempersingkat, salah satu tempat favorit wartawan ya itu tadi, area jajan seputar Taman Sunda Kelapa.

 

?

 

***

 

?

 

Setelah hampir dua windu, area jajan Taman Sunda Kelapa tak banyak berubah. Kalaupun ada yang berubah cuma satu: semakin ramai. Untuk parkir pun kini semakin sulit. Apalagi jika sedang ada pertemuan di kediaman Wakil Presiden, lokasi parkir bertambah sulit.

 

?

 

Barangkali itulah yang membenarkan keyakinan banyak pebisnis selama ini, bahwa kunci sukses bisnis tergantung dari tiga hal; lokasi, lokasi, dan lokasi.

 

?

 

Salah satu yang menikmati berkah lokasi itu adalah warung Mak Warteg, begitu saja supaya lebih mudah menyebut, karena warung itu memang nggak memakai papan nama.

 

?

 

Warung milik perempuan asal Tegal itu memang benar-benar jualan menu warteg. Perempuan yang sudah berusia di atas kepala enam itu kini masih rajin menemani anak-anaknya dan sejumlah karyawan untuk melayani pelanggan.

 

?

 

"Emak nggak mau istirahat di rumah, badannya malah sakit-sakit, karena biasa kerja," begitu pengakuan salah satu putranya. Khas jawaban orang tua yang nggak mau duduk diam berpangku tangan.

 

?

 

Tapi warung Mak Warteg, saya kira, bukan sekadar warung tegal biasa. Sang anak bertutur, dalam sehari setidaknya bisa menjual 500 bungkus nasi dan lauknya. Apakah sukses itu karena nasib baik Mak Warteg saja? Saya kira enggak.?

 

?

 

Malah, kiat Mak Warteg tergolong unik; dari pagi hingga menjelang jam makan siang, selalu sudah menyiapkan ratusan bungkus nasi. Begitu jam makan siang, tinggal menambahkan lauk-pauk, untuk mempercepat layanan saat pesanan berjubel. Maka layanan jadi cepat, selain rasanya tetap terjaga, maknyus. Itulah esensi manajemen modern, sebenarnya.

 

?

 

Kalau mau iseng menghitung, silahkan berasumsi sendiri dengan perkiraan harga per porsi menurut yang Anda tahu. Seandainya satu porsi nasi bungkus dijual Rp10.000 saja, Mak Warteg mengantongi puluhan juta rupiah sebulan.?

 

?

 

Sang anak menuturkan kepada saya saat mampir bernostalgia di tempat itu baru-baru ini, warungnya pernah mempekerjakan 12 karyawan. Saat ini, tuturnya,? karyawan yang dipekerjakan tak sebanyak itu lagi, bukan karena berkurangnya pelanggan, melainkan kesulitan mencari orang yang mau bekerja di warung. "Mereka lebih memilih kerja rumahan yang nggak begitu capek," ujarnya.

 

?

 

Keterangan tersebut bagi saya menyimpan banyak penjelasan. Meski disebutkan pengangguran tinggi, kini warga kelas pekerja bawahpun mulai "memilih dan memilah" pekerjaan. Dan itu berarti terdapat geliat ekonomi informal yang mungkin saja tidak tercatat angka-angka statistik ekonometris formal yang saban bulan di-jumpa pers-kan.

 

?

 

Di sisi lain, daya jual warung tegal seperti itu juga semakin meningkat sejalan dengan gairah perekonomian, yang berarti daya membeli juga terus meningkat. Ini seperti efek berganda yang memutar perekonomian. Asal nanti tidak digusur-gusur saja oleh gubernur baru: Jokowi.

 

?

 

?

 

***

 

?

 

Awal pekan ini, dalam sebuah kesempatan, saya bertemu Jerry Ng. Tentu Anda sudah tahu, Jerry Ng adalah Presiden Direktur sebuah bank yang saat ini sedang bertumbuh pesat, Bank Tabungan Pensiunan Nasional atau BTPN.

 

?

 

Tentu Anda tahu, bank BTPN yang sejak 2008 diasuh Jerry Ng setelah pamitan dari Bank Danamon, tumbuh pesat. Asetnya bahkan saat ini sudah meningkat lima kali lipat, meski dengan merendah Jerry bilang, "Ah, itu kan karena berangkat dari basis aset yang kecil."

 

?

 

Meski merendah, Jerry menuturkan salah satu kunci BTPN adalah kemampuan untuk menghubungkan komunitas yang bertumbuh. Dengan menyambungkan setiap aktivitas bisnis kepada kepentingan komunitas, bank itu menjadi berbeda dengan yang lain.

 

?

 

Dengan kata lain, usaha Jerry adalah menumbuhkan komunitas nasabah: orang-orang kecil, pedagang kecil, dan pensiunan. "Kalau komunitas tumbuh, perusahaan juga mendapatkan benefit. It's make us different," tutur Jerry.

 

?

 

Mengelola nasabah kecil dan para pensiunan, tentu tidak mudah. Tetapi diferensiasi yang memberikan manfaat bagi pelanggan membuat laju bisnis jauh lebih renyah.

 

??

 

Mungkin BTPN menjadi satu-satunya bank pensiunan yang memberi kesempatan bagi berkembangnya pusat komunitas di kantor-kantor layanannya. Gimana caranya? Di kantor layanan BTPN, mereka buka mulai dari jam 5 subuh setiap minggu pertama saban bulan. "Habis shalat subuh, setelah jalan-jala, para pensiunan ini reunian di BTPN," tuturnya.

 

?

 

Maka, salah satu kredo komunitas bank itu menggunakan filosofi "daya", yang disimbolkan dengan tali emas tidak terputus (string of line), menjadi energi yang menghubungkan. Ini salah satu bentuk? "do good and do well" dalam bisnis, yang membuat usaha bertumbuh dan sinambung, merujuk cerita Jerry.

 

?

 

Maka masuk akal tatkala para pensiunan mau berlatih berusaha dari bisnis yang paling sederhana. Tidak hanya itu, usaha warung tegal, peternak atau petani sayur, dan pedagang pasar, bahkan tukang kupas bawang merah pun menjadi nasabah potensial bagi BTPN.

 

?

 

Berapa besar sih angkanya? Bayangkan saja, porsi usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia bahkan mencapai 48%. Ini yang barangkali menjelaskan manakala banyak bank berlomba masuk ke segmen nasabah seperti ini, meski biaya operasionalnya mahal.

 

?

 

Tentu tidak semuanya mudah. Seperti perjuangan Mak Warteg yang harus kerja, kerja dan kerja --seperti motto Dahlan Iskan mengelola BUMN-- karena badannya merasakan sakit kalau malah duduk diam. Dan bagi Jerry, 'daya', string of line, merupakan perjuangan untuk terus bertumbuh dan berkembang.

 

?

 

Maka saya jadi ingat petuah para orang tua. "Nggak ada sukses yang diraih dengan setengah-setengah dan tanpa usaha yang sungguh-sungguh," begitu kira-kira.

 

?

 

Dan, istilah 'nasib baik' nggak berlaku bagi orang sukses, termasuk bagi Mak Warteg, apalagi bagi Jerry Ng. Bagaimana menurut Anda? (ab@bisnis.com)

 

?

 

?

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...