Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

EDITORIAL BISNIS: Dilema Industri Otomotif

Recommended Posts

Wakil Presiden Boediono, dalam pembukaan pameran Indonesia International Motor Show 2012, menekankan agar pengembangan industri otomotif diselaraskan dengan kebijakan pemerintah dalam mengurangi subsidi bahan bakar minyak sekaligus mengurangi emisi gas buang.

 

Dalam mencapai tujuan itu, pemerintah berkomitmen untuk mendukung pengembangan mobil hybrid murah, mobil listrik, serta mobil berbahan bakar gas mengingat ketersediaan gas yang melimpah.

 

Ini menggembirakan, mengingat Wapres berjanji bahwa pemerintah konsisten dan tidak akan ?on-off? dalam mendukung kebijakan industri otomotif yang ramah lingkungan sekaligus menjangkau konsumen yang lebih luas itu.

 

Namun, merealisasikan tekad itu bukan perkara gampang. Industri otomotif, dengan karakteristiknya yang sangat kompetitif, tidak mudah pula untuk dapat menghasilkan produk teknologi tinggi seperti mobil hybrid, sekaligus murah.

 

Menurut pelaku industri, investasi teknologi hybrid bahkan satu setengah kali lebih mahal dibandingkan dengan teknologi mesin konvensional. Maka, pilihannya saat ini adalah memproduksi mobil kompak sekelas city car, dengan harga yang lebih terjangkau, sekaligus konsumsi bahan bakar yang lebih irit.

 

Pemerintah memang berkeinginan agar industri otomotif turut mengemban misi strategis: penghematan bahan bakar (alias penghematan subsidi), keberpihakan kepada lingkungan, sekaligus penciptaan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

 

Jelas, misi tersebut dilematis. Di satu sisi, bisa dipahami, tingkat penjualan otomotif di Indonesia akan mencapai (taksiran resmi) 1 juta unit mobil baru tahun ini. Maknanya jelas, kenaikan penjualan juga berarti pertambahan produksi, yang tentu melibatkan banyak tenaga kerja, pertumbuhan industri komponen, sekaligus jasa pendukung termasuk sektor finansial yang membiayainya.

 

Maka, dapat dikatakan, geliat industri otomotif menjadi mesin penting bagi pertumbuhan ekonomi, yang di dalamnya terkandung kekuatan daya beli yang terus meningkat. Dalam konteks ini, industri otomotif telah menjalankan misinya dengan baik.

 

Namun, di sisi lain, pertumbuhan industri otomotif juga dituding sebagai penyedot subsidi bahan bakar yang besar, dan karenanya dinilai pula tidak ramah lingkungan.

 

Dalam konteks itulah, menurut hemat harian ini, misi tersebut tidak adil apabila semata-mata dibebankan kepada industri otomotif. Jelas bahwa lonjakan subsidi yang besar lebih banyak dipicu oleh kebijakan subsidi pemerintah yang tidak tepat sasaran.

 

Ini akibat ketidakberanian pemerintah menerapkan kebijakan subsidi bahan bakar yang tegas. Maka, perilaku boros konsumsi bahan bakar relatif sulit dikendalikan karena harganya yang murah.

 

Dalam konteks tersebut, jelas bahwa industri dan pemerintah perlu berjalan beriringan. Industri otomotif dituntut untuk terus-menerus mengembangkan ino???vasi produk yang lebih ramah lingkungan, melalui pro????duk yang lebih efisien dalam konsumsi bahan ba????kar. Ini agar produk ?ramah lingkungan? itu tetap terjangkau konsumen, sehingga kontribusi industri da???lam perekonomian nasional tetap dapat dipertahankan.

 

Namun, di pihak lain pemerintah juga tidak boleh tinggal diam; perlu mempertegas kebijakan subsidi energi yang lebih tepat sasaran.

 

Maka, dengan demikian, pendekatan industri otomotif akan bertemu dengan kebijakan yang selaras di bidang subsidi bahan bakar. Tanpa itu, selamanya industri otomotif akan menghadapi situasi yang dilematis, maju kena, mundur juga kena.

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...