Sepanjang 2025, PHE Gelar 831 CSR se-Indonesia

[Parno Pemilik Lapak 0]

SYDNEY: Setelah melambung nyaris ke posisi tertinggi dalam 2 pekan di tengah spekulasi AS kembali akan meluncurkan stimulus diikuti penurunan produksi OPEC, harga minyak pagi ini sedikit terkoreksi.

 

Senin pagi ini (03/09) kontrak harga minyak sedikit melandai di Bursa Komoditas New York, setelah Agustus lalu meraup kenaikan bulanan tertinggi sejak Oktober.

 

Chairman Federal Reserve Ben S. Bernanke setelah pertemuan di Jackson Hole, Wyoming, menyatakan dia tidak akan menahan stimulus untuk menggenjot perekonomian.

 

Sementara itu, produksi minyak dari Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) diyakini longsor ke level terendah dalam 22 tahun, di tengah sanksi internasional terhadap minyak Iran.

 

Survei Bloomberg menyebutkan produksi OPEC bulan lalu leleh ke dari 75.000 juta bph menjadi 31,988 juta bph. Produksi minyak di Iran juga turun dari 2,75 juta bph menjadi 350.000 bph.

 

“Pertemuan Jackson Hole itu kembali mendorong spekulasi akan adanya stimulus lanjutan,” kata Jarmo Kotilaine, kepala ekonom National Commercial Bank di Jeddah.

 

Harga minyak di Bursa Komoditas New York untuk pengiriman Oktober Senin pagi ini waktu Jakarta (03/09) mencapai US$96,07 per barel, turun 0,41% sen.

 

Kontrak minyak naik US$1,85 atau 2% pada 31 Agustus menjadi US$96.47 per barel, level tertinggi sejak 22 Agustus. Pada bulan itu, harga minyak naik 9,6%, dan tahun ini turun 2,6%.

 

Di London, harga miinyak brent pengiriman Oktober naik 4 sen ke US$114,61 per barel. Bulan lalu, harga minyak acuan Eropa itu naik 9,2%. (Bloomberg/Bsi)

 

 

 

Sumber