Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

KETELA UNGU: Minimnya Pasok Tak Halangi Ekspor ke Jepang

Recommended Posts

BATU: Minimnya petani asal Kota Batu yang menanam ketela ungu tak menghalangi minat ekspor ke Okinawa Jepang. Pada 20-25 September mendatang permintaan ketela ungu ke Jepang kembali terpenuhi.

 

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mitra Arjuno yang juga Direktur Arjuna Florist Kota Batu, Luki Budiarti, mengatakan permintaan ekspor ketela ungu ke Jepang tersebut sebanyak 1 kontainer atau seberat 25 ton.

 

“Dengan nilai lebih Rp250 juta. Permintaan tersebut coba kami penuhi dengan memasok ketela ungu dari sejumlah wilayah di luar Batu,” kata Luki Budiarti kepada Bisnis di Batu  Minggu (2/9/2012).

 

Menurutnya, untuk memenuhi permintaan ekspor tersebut, pihaknya terpaksa mengambil ketela ungu dari luar Kota Batu yakni Lawang Kabupaten Malang, Nongkojajar Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Banyuwangi.

 

Ketela ungu tersebut, ujarnya, dikirim ke Okinawa Jepang untuk digunakan sebagai salah satu bahan baku kue. Pengiriman dalam bentuk pasta beku setelah  diawetkan dalam suhu minus 18 derajat Celcius.

 

Sebetulnya, Batu punya prospek bagus untuk menanam ketela ungu. Ketela hasil penanaman di Batu secara kualitas diakui Luki cukup bagus. Hal itu tidak terlepas dari faktor cuaca yang mendukung. Hanya saja, dibandingkan holtikultura, ketela ungu masih minim peminat.

 

“Petani di Batu masih enggan menanam ketela ungu. Mereka suka menanam kentang maupun jenis sayur lainnya.”

 

Hanya saja, lanjut dia, petani di Batu enggan menanam ketela ungu selain karena belum terbiasa menanam, mereka juga terkendala fasilitas berupa mesin pendingin (cold storage) yang harganya mahal. Karena sebelum dikirim ke Jepang ketela ungu harus disimpan di mesin pendingin terlebih dulu dan dikirim dalam keadaan beku.

 

“Padahal, kalau mau menanam ketela ungu prospeknya besar karena permintaan ke Jepang cukup tinggi. Dalam setahun sedikitnya empat kali kirim atau sebanyak empat kontainer dengan nilai lebih Rp1 miliar.”

 

Pihaknya optimistis Batu akan mampu memenuhi kebutuhan ekspor ke Jepang dalam jumlah besar. Sejauh ini yang menjadi fokus utama adalah bisa melakukan ekspor secara kontinyu. Selanjutnya tinggal mengupayakan perluasan lahan dan penambahan fasilitas pendukung.  (k25/sut)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...