Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

PENERIMAAN BEA CUKAI: Ditargetkan Naik 6,7% Dari Sasaran APBN-P 2012

Recommended Posts

JAKARTA—Pemerintah menargetkan penerimaan bea dan cukai mencapai Rp140 triliun pada 2013 atau naik 6,7% dari target APBN-P 2012 sebesar Rp131,21 triliun.

 

Dirjen Bea dan Cukai Agung Kuswandono mengatakan penerimaan negara dari pajak perdagangan internasional dan cukai tumbuh tumbuh setiap tahun didorong oleh kenaikan tarif dan/atau kenaikan produksi.

 

Pemerintah, jelasnya, saat ini masih bisa meningkatkan penerimaan dari pajak perdagangan internasional melalui penaikan tarif.

 

“Menurut Kurva Laffer, semakin tinggi tarif penerimaan pada saat pertama naik tapi pada titik tertentu melandai, sekarang masih belum turun,” katanya, Senin (13/8/2012).

 

Agung menjelaskan kenaikan tarif dan harga komoditas di pasar global akan meningkatkan penerimaan bea dan cukai menjadi sekitar Rp140 triliun pada 2013.

 

Pemerintah menargetkan penerimaan Rp47,94 triliun dari pajak perdagangan internasional dalam APBN-P 2012 yang terdiri dari bea masuk Rp24,73 triliun dan bea keluar Rp23,20 triliun.

 

Realisasi bea masuk sepanjang semester I/2012 mencapai Rp13,68 triliun atau 55,3% dari target APBNP 2012, sedangkan penerimaan bea masuk pada periode yang sama baru mencapai Rp10,91 triliun (47%).

 

“Bea keluar turunnya cukup kelihatan,  satu semester ini kita baru terima 97% dari target. jadi kurang dari 100%,” kata Agung.

 

Dia menjelaskan penerimaan bea keluar anjlok 34,04% dari penerimaan bea keluar semester I/2011 yang sebesar Rp16,54 triliun. Penerimaan bea keluar, jelasnya, tertekan oleh penurunan harga komoditas dan tren penghiliran produk minyak sawit mentah (CPO).

 

Tarif bea keluar pada Januari—Mei 2012 berkisar antara 15—19,5% dengan harga CPO di pasar global antara US$1.032,3—1.191,9 per ton, sedangkan pada Januari—Mei 2011 tarif bea keluar yang berlaku adalah 17,5—25% dengan harga CPO berkisar US$1.145,1—1.294,5 per ton.

 

Selain itu, Agung memaparkan terjadi pergeseran komoditas ekspor dari CPO menjadi CPO olahan (refined bleached deodorized/RBD).

 

Pemerintah menetapkan bea keluar lebih rendah untuk produk RBD CPO yaitu 6—8% dibandingkan dengan tarif bea keluar CPO yang sebesar 16—18%.  “Ini cost dan benefit, bea keluar turun tapi dari sisi dalam  negeri ada nilai tambah termasuk penambahan tenaga kerja.”

 

Sementara itu, Dirjen Pajak Fuad Rachmany memperkirakan dampak krisis global akan memperlambat laju pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan (PPh) dari 20% menjadi 14%.

Penurunan laju pertumbuhan tersebut, menurutnya,  terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan perusahaan berbasis sumber daya alam.

 

Akan tetapi, katanya, penurunan PPh tersebut  akan terkompensasi oleh kenaikan penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang pada semester I/2012 naik 36,7% dari semester I/2011.

 

Selain kenaikan penerimaan PPN, Fuad mengharapkan penerimaan pajak 2012 bisa terdorong oleh perluasan basis pajak melalui penambahan wajib pajak dan obyek pajak. (if)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...