Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

EDITORIAL BISNIS: Memacu Kinerja Emiten BUMN

Recommended Posts

Sebagai implementasi Pasal 33 UUD 1945 bahwa negara menguasai sejumlah sektor produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak, maka kita memiliki 141 badan usaha milik negara (BUMN). Kinerja 141 BUMN itu ibarat pela­ngi, sangat beragam. Ada yang sangat produktif dan menguntungkan, hingga yang kinerjanya tak terde­ngar dan laporan keuangannya pun merah.

 

Koran ini kemarin menulis kinerja sejumlah BUMN yang telah mencatatkan sahamnya di Bur­sa Efek Indo­nesia. Berdasar catatan, dari 141 BUMN, sebanyak 18 buah di antaranya telah ma­­­suk lantai bursa. Kinerja BUMN yang telah masuk bursa tersebut selama se­­mes­ter I 2012 dapat dika­­takan relatif konservatif.

 

Berdasarkan laporan keuangan yang telah dipublikasikan—baru 13 BUMN yang mengumumkan—terlihat perusahaan pelat merah tersebut mampu mencatat per­tumbuhan kenaikan laba bersih sebesar 10,3% dan pendapatan usaha sebesar 11,68%. Total laba ber­sih menjadi Rp33,55 triliun, naik dari Rp30,43 tri­­liun. Adapun pendapatan tercatat naik menjadi Rp125,48 triliun dari Rp112,36 triliun.

 

Bila dilihat dari sisi nominal, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menempati posisi pertama untuk perolehan laba terbesar dan pendapatan tertinggi yakni Rp8,99 triliun dan Rp36,72 triliun. Posisi kedua ditempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dengan laba bersih Rp8,7 triliun dan pen­­dapatan Rp17,62 triliun, serta posisi ketiga ditempati oleh Bank Mandiri dengan laba bersih Rp7,4 triliun dan pen­­dapatan Rp12,97 triliun. Namun juga masih ada saja BUMN yang mengalami kerugian, seperti halnya PT Garuda Indonesia Tbk, yang mencatat kerugian Rp19,11miliar meski mengalami perbaik­an ketimbang sebelumnya.

 

Sekilas pencapaian kinerja BUMN yang telah melantai di BEI tersebut selama semester pertama ini dapat dikatakan cu­­­kup membanggakan, meski belum sepenuhnya optimal dibandingkan dengan potensi yang mere­­ka miliki. Selaku badan usaha milik negara, sebu­ah BUMN jelas memiliki modal lebih ketimbang perusahaan swasta. Tidak hanya soal permodalan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BUMN jelas lebih tinggi sehingga memudahkan meme­nangi persaingan usaha.

 

Oleh karena itu, dengan potensi yang dimilikinya, seharusnya  pertumbuhan kinerja BUMN bi­­sa lebih tinggi dari pencapaian semester I/2012 yang hanya di kisaran 10%. Menteri BUMN sendiri pernah menargetkan kinerja pertumbuhan BUMN minimal tumbuh 20%.

 

Memang harus diakui pertumbuhan kinerja BUMN juga dipengaruhi oleh kinerja masing-masing sektor usaha. Ada sektor usaha—seperti perbankan—yang tumbuh tinggi, tetapi juga ada sektor yang sedang mengalami surut seperti pertambangan. Namun, tentunya ini tidak bisa dijadikan alasan pemaaf soal kinerja yang kurang optimal.

 

Manajemen emiten BUMN dengan aneka fasilitas yang diterimanya tentu harus sadar bahwa me­­­­­reka mendapat aneka remunerasi yang tinggi tentunya dengan harapan mereka dapat mengha­silkan kinerja usaha yang signifikan pula pada BUMN yang dipimpinnya.  

 

Kita sependapat dengan perkataan Menteri BUMN bahwa emiten BUMN harus bisa bekerja lebih keras lagi sehingga menghasilkan kinerja yang benar-benar optimal. Jelas bila emiten BUMN dapat menunjukkan kinerja yang kinclong, sedikit banyak akan ikut mendorong kinerja BEI.

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...