Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

POLIKULTUR: Pemerintah genjot pengembangan budi daya rumput laut

Recommended Posts

JAKARTA: Pemerintah akan membantu masyarakat untuk membudidayakan rumput laut dengan pola polikultur –memadukan rumput laut gracilaria sp dengan udang windu dan bandeng– sehingga lebih efektif dan dapat menekan serangan penyakit udang.

 

Pada tahun ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan komoditas unggulan perikanan budidaya yaitu udang, rumput laut, bandeng dan patin.

 

Untuk meningkatkan produksi rumput laut terus dipacu produksinya di wilayah pantai utara Jawa Barat dengan pola budidaya polikultur.

 

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo mengatakan setidaknya pada tahun 2012, KKP telah menargetkan peningkatan produksi rumput laut sebesar 5,1 juta ton atau meningkat sebesar 18,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

 

“Peningkatan produksi rumput laut akan dipacu melalui pengembangan pola budidaya polikultur  di enam kabupaten/kota di Pantura Jawa Barat yaitu Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Subang, Karawang, dan Bekasi,” ujarnya melalui siaran pers yang diterima Binsis, akhir pekan lalu.

 

Keenam daerah tersebut memiliki kadar garam sekitar 15-20 ppt, sehingga cocok untuk pengembangan rumput laut jenis Gracilaria sp.

 

Pola budidaya polikultur sendiri akan memadukan Gracilaria dengan udang windu dan bandeng dalam satu lahan tambak sehingga penggunaan lahan akan lebih efektif, selain itu masyarakat dapat melakukan budidaya tiga komoditas dalam suatu area pada satu waktu.

 

Penerapan budidaya pola polikultur juga dapat menekan serangan penyakit udang, dibandingkan dengan pola monokultur, sambungnya.

 

Sementara itu,  Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan potensi pengembangan budidaya pola polikultur masih sangat besar, karena banyak lahan kosong eks tambak udang yang terbengkalai dan tidak termanfaatkan. Selain itu, rumput laut juga  merupakan sumber pangan dan usaha padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja yang lebih optimal.

 

Komoditas ini menjadi salah satu produk unggulan yang diprioritaskan pengembangannya pada tahun ini.  Budidaya rumput laut jenis Glacilaria juga didukung oleh harganya yang terus mengalami peningkatan.

 

Sekarang saja, harga rumput laut Gracilaria tingkat petambak tercatat sebesar Rp5.000Rp-6.000 per kg, sedangkan ditingkat pabrik mencapai Rp6.000-Rp7.100 per kg.

 

Harga ini cenderung mengalami kenaikan dibandingkan awal tahun lalu yang hanya sebesar Rp 3.000 per kg. “Pengembangan sentra budi daya rumput laut membutuhkan investasi yang besar, apalagi jika ditujukan untuk memperluas areal lahan budidaya”, ujarnya.

 

Data KKP mencatat produktivitas rumput laut kering mencapai 2 ton per ha, dengan masa panen bervariasi, yakni rumput laut 45 hari, sementara untuk bandeng butuh waktu panen 6 bulan, dan udang windu selama 4 bulan.

 

Selain dapat meningkatkan produktivitas, sistem ini juga dapat menekan biaya operasional serta resiko yang ditimbulkan oleh serangan penyakit pada udang atau pun bandeng sehingga dinilai lebih efisien, sambung Slamet.

 

Dalam upaya meningkatkan produksi Glacilaria, Sharif juga mengajak para investor untuk dapat berkontribusi dalam pengembangan budidaya komoditas ini di wilayah Pantura Jawa Barat, termasuk di Kabupaten Bekasi.(Faa)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...