Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

KRISIS EKONOMI: Sinyal Ekonomi AS Pulih, Harga Minyak Naik

Recommended Posts

NEW YORK: Harga minyak mengalami kenaikan terbesar dalam sebulan setelah jumlah tenaga kerja AS bertambah di luar perkiraan dan industri jasa berkembang cepat, sehingga mendukung optimisme penguatan ekonomi.

 

Harga kontrak minyak naik 4,9% setelah jumlah tenaga kerja bertambah 163.000 pada Juli berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS di Washington. Pada saat yang sama, Institute of Supply Management AS (ISM) mencatat indeks non-manufaktur naik di luar perkiraan. Sebelumnya, 89 ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi jumlah tenaga kerja naik sebanyak 100.000.

 

 “Kita memiliki dua hal yang sangat positif dalam ekonomi dan pasar bereaksi. Apapun yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi akan mendorong harga minyak,” ujar Michael Lynch, direktur utama Strategic Energy & Economic Research di Winchester, Massachusetts.

 

Harga minyak untuk pengiriman September naik US$4,27 menjadi US$91,40 per barel di bursa New York Mercantile Exchange, harga penutupan tertinggi sejak 20 Juli. Kenaikan itu merupakan yang terbesar sejak 29 Juni. Selama pekan lalu harga sudah meningkat 1,4% meski sejak awal tahun masih tercatat turun 7,5%.

 

Di saat yang sama harga minyak untuk pengiriman September naik US$3,04, atau 2,9% menjadi US$108,94 per barel di bursa ICE Futures Europe London. Angka tersebut merupakan harga penutupan tertinggi sejak 16 Mei. Harga acuan Eropa ditutup pada US$17,54 premium terhadap harga West Texas Intermediate yang diperdagangkan di New York.

 

Harga minyak selama ini didorong oleh goncangan di Suriah yang merupakan negara Timur Tengah penghasil energi. Data Statistik Energi Dunia yang dirilis BP Plc pada Juni menunjukkan wilayah tersebut berkontribusi 33% terhadap produksi minyak global tahun lalu dan memiliki 79% cadangan yang terbukti.

 

Sinyal Ekonomi

 

Indeks ISM untuk non manufaktur AS naik menjadi 52,6 dari 52,1 pada Juni. Angka di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi. Sementara itu, 73 ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan tidak ada perubahan dari Juni.

 

Pada saat yang sama, Indeks Standard & Poor 500 naik 1,9% dan Dow Jones menguat 1,7%. Nilai tukar dolar melemah 1,6% menjadi US$1,2379 per euro. Pelemahan mata uang AS dan penguatan euro meningkatkan daya tarik komoditas sebagai investasi alternatif. Indeks S&P GSCI yang mencatat 24 komoditas menguat 2,7%, dipimpin oleh minyak mentah.

 

Federal Reserve pada 1 Agustus mengatakan akan mengawasi ekonomi secara ketat dan mengambil kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi. “Kenaikan tingkat pengangguran sudah resmi dan akan memicu pelonggaran moneter. Seharusnya hal itu mendorong the Fed untuk bertindak,” ujar John Kilduff, analis Again Capital LLC, lembaga hedge fund yang berfokus pada energi di New York. (Bloomberg/07/msb)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...