Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

KAFE BISNIS: Mudik Lagi, Jalanan Terganggu Lagi

Recommended Posts

“Gimana puasanya, Bang David dan Mas Noy.. Kok kayaknya tetep seger kayak gak puasa gitu, hahaha..” ujar Subarry berusaha mencairkan suasana ketika bertemu sobat kentalnya tersebut.

 

“Alhamdulillah, lancar, Bar.. Kalau terbiasa puasa sih memang gak masalah kok.. Justru, kalau puasa itu malah badan terasa lebih nyaman lho, karena siang hari gak terganggu dengan urusan makan memakan, gak perlu bingung mau makan apa siang ini, pokoknya enak gitu deh..” kata Noyorono menjelaskan kepada rekannya sesama anggota Geng Diskusi Partikelir itu.

 

“Makanya, kamu itu sesekali ikutan puasa, Bar.. biar ikut merasakan asyiknya berlapar-ria,” timpal David yang juga anggota geng diskusi itu.

 

“Bener juga ya.. Saya kadang puasa juga lho, kalau pas males keluar kantor dan gak ada yang disuruh mbeliin makan siang gitu, jadinya terpaksa puasa kan, hahaha..” ucap Subarry lagi.

 

“Dasar, tukang ngeyel kamu ini Bar, hahaha..” sergah Noyorono yang tak ayal membuat tiga sekawan itu tampak ceria di sore hari menjelang buka puasa di Kafe Dapur Ni’matnya itu.

 

“Bang David dan Mas Noy mudik gak Labaran mendatang..Saya baca di koran katanya jalur mudik tahun ini diperkirakan lebih padat dari tahun-tahun lho.. Mana jalanan di Jalur Pantura juga sebagian tidak mulus, banyak titik rawan kemacetan, di Jalur Selatan juga sebagian bermasalah,” ungkap Subarry.

 

“Kalau saya mending gak mudik, Bar.. Menikmati Jakarta di kala Lebaran terasa lebih nyaman.. Saya dan keluarga mudik ke Medan paling dua Lebaran sekali, dan tidak pernah lewat jalan darat, karena you tahu sendiri kan Jalur Barat maupun Jalur Timur Sumatra mana enak dilintasi, karena lebih sering rusak ketimbang mulusnya..” papar David.

 

“Kalau saya ya wajib mudik lah.. Kesempatan bersilaturrahmi dengan seluruh keluarga setahun sekali, Bar.. Sayang kalau dilewatkan toh.. Bahwa jalanan berlubang, macet, dan sebagainya yaa dinikmati saja.. Justru itu yang bikin kangen untuk menempuhnya, hahaha..” tutur Noyorono tak mampu menahan tawanya.

 

“Iya ya.. di Jakarta juga tiap hari kena macet, jadi nggak asing lagi ya Mas.. Tapi kenapa sih, tiap kali musim mudik Lebaran gini, pemerintah selalu kelihatan baru memperbaikinya.. Kenapa tidak setiap saat jalanan rusak diperbaiki gitu, bener-bener mengherankan lho.. Apa dengan begitu biar kelihatan kalau pemerintah itu bekerja,” kata Subarry.

 

“Saya kira itu berkaitan dengan ketersediaan anggaran kok Bar.. Mungkin, kalau belum menjelang Lebaran, anggaran susah turun.. Pas menjelang Lebaran, seperti ada faktor pemaksa begitu, jadi Parlemen nggak punya pilihan untuk menyetujuinya,” terang David.

 

“Saya nggak begitu, Bang.. Kita itu kan sebenarnya memiliki kementerian teknis yang berkaitan dengan sistem perawatan sarana dan prasarana publik. Nah, harusnya instansi inilah yang bertanggung jawab menjaga keutuhan fasilitas yang dibiayai dengan dana hasil pembayaran pajak itu.. Nyatanya, hal itu tidak terlaksana, jadi ada yang salah dalam pengelolaan sistem tersebut,” ungkap Noyorono.

 

“Setuju, Mas Noy.. Seharusnya kalau mekanisme perawatan itu dijalankan dengan semestinya, kemungkinan kerusakan jalan tidak akan separah seperti yang sering terjadi.. Atau, jangan-jagan memang disengaja seperti itu, jadi selalu saja ada proyek besar.. Kalau cuma perawatan kan anggarannya tidak besar, jadi ya komisinya nggak besar juga, hahaha..” ucap Subarry sambil berkelakar.

 

“Aku kira nggak seperti itu.. Yang terjadi sebenarnya adalah jalur padat seperti Pantura itu memang sudah overload alias kelebihan beban.. Lihat saja kendaraan yang melewatinya, raksasa jalanan dengan beban gandar lebih dari 20 ton, padahal kekuatan jalan hanya dirancang untuk beban 10 ton.. Ya sudah pasti hancur lah.. Diperbaiki berkali-kali tidak banyak menolong, karena beban sebesar itu harusnya tidak melewati jalan biasa, melainkan jalan tol atau dijadikan sebagai kargo yang harus diangkut kereta api atau kapal..” papar David.

 

“Lha kenapa konstruksi jalannya tidak dibuat dengan kekuatan yang disesuaikan dengan kendaraan yang lewat di atasnya, Bang.. Ketimbang tiap kali harus memperbaikinya, dibangun ulang saja sekalian,” sanggah Subarry.

 

“Emangnya segampang itu, Bar.. Yang benar ya kata Bang David tadi.. Segera diwujudkan itu jalan tol yang memang dirancang untuk mampu menahan beban berat.. Karena, konstruksi jalan yang ada itu tadinya kan jalan biasa, yang pembangunannya dulu dirintis oleh Gubernur Jenderal [Herman Willem] Daendels pada awal 1800-an, dan kemudian di-upgrade berkali-kali.. Seharusnya memang sudah dibangun jalur baru lagi,” tambah Noroyono.

 

Walah-walah.. Jadi, negara kita yang bulan ini akan memperingati ulang tahun kemerdekaan ke-66 itu ternyata belum mampu menyaingi prestasi Pak Daendels yang hampir dua abad silam membangun jalan Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 kilometer itu ya.. Lha apa saja yang sudah dilakukan pemerintah kita selama ini..” ujar Subarry.

 

Allahuakbar.. Allaahuakbar..” suara adzan dari pengeras suara di masjid tak jauh dari kafe tiba-tiba membuyarkan obrolan ketiga sahabat itu yang dengan serta-merta menyantap hidangan berbuka. (ahmad.djauhar@bisnis.com)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...