Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Hipmi: Impor Kedelai Rugikan Petani

Recommended Posts

yiQjhLAxlt.jpgIlustrasi. (Foto: Corbis)

 

 

 

DEPOK - Krisis kelangkaan tahu dan tempe beberapa waktu lalu merupakan akibat ketergantungan pada kedelai impor. Kenaikan harga kedelai membuat para produsen tahu dan tempe dalam negeri mogok produksi.Terlebih lagi dengan dicabutnya bea masuk impor untuk kedelai justru merugikan petani. Hal itu diungkapkan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Depok Mustofa Budi Cahyo.

 

"Sebenarnya sejak zaman Soekarno itu kita sudah dibilang sebagai bangsa tempe. Karena, hidup dan menggunakan bahan pokoknya dari tempe. Dari situ ada arah untuk swasembada kedelai. Tapi, dengan adanya impor kedelai petani rugi dan importir saja yang untung,” ujarnya kepada wartawan, Senin (30/7/2012).

 

Mustofa mengungkapkan, secara potensi dan kelembagaan sebenarnya negara mampu dalam mengatasi kekurangan permintaan kedelai. Hanya saja, saat ini petani lokal masih lemah dalam bidang SDM dan pengelolaan. Maka, saat impor kedelai jadi kebutuhan para petani terkena imbas carut marut harga kedelai.

 

"Memang secara bisnis, importir yang diuntungkan. Tapi, petani yang dijadikan korban. Sebenarnya, jika mendapatkan perhatian khusus seperti pengelolaan dan manajemen baik bisa mencukupi kebutuhan. Apalagi, masih banyak lahan yang bisa dimanfaatkan untuk petani kedelai," paparnya.

 

Menurutnya, jika pengrajin tahu dan tempe lebih memilih kedelai impor bisa dimaklumi. Pasalnya, dari sisi kualitas lebih baik dari hasil lokal. Dia menilai, kedelai impor sudah berdasarkan pengelolaan, SDM dan menggunakan teknologi yang serba canggih. Sementara, dari produk kedelai lokal banyak dihasilkan dengan cara konvensional atau tradisional.

 

Untuk itu, pihaknya meminta agar petani mendapatkan perlindungan dan pembinaan agar tidak menjadi korban importir.

 

"Mohon maaf, kalau dari sisi kualitas kedelai impor lebih unggul. Ini semua terkait mata rantai sistem pengelolaan dan SDM yang baik. Dengan hasil seperti itu, maka tidak heran jika banyak yang lebih memilihnya. Kondisi ini juga harus menjadi PR bagi pemerintah," tuturnya.

 

Mustofa menjelaskan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 produksi kedelai lokal hanya sebesar 851.286 ton atau 29 persen dari total kebutuhan. Sehingga Indonesia harus impor kedelai sebanyak 2.087.986 ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan kedelai dalam negeri.

 

Menurutnya, kebutuhan kedelai selalu naik. Yaitu tahun 2012 diperkirakan sebesar 2,2 juta ton dan dibandingkan kebutuhan tahun 2011 sebesar 2,16 juta ton.

 

"Suplai yang kita miliki sangat kurang. Jadi, ke depannya perlu pengembangan lebih lanjut agar bisa memenuhi kebutuhan pasar," tandasnya. (ade)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...