Outbound sebagai Media Penguatan Mental Kerja ( HUB: 0822-1122-1909 )

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA: Emiten alat berat PT United Tractors mengakuisisi sebuah tambang batubara di Kalimantan Tengah untuk mengembangkan lini bisnis pertambangan. 

 

Sekretaris Perusahaan Sara K. Lubis mengatakan rencana akuisisi tersebut masih dalam proses sehingga nilainya belum bisa dipublikasi. 

 

"Proses Finalisasi tambang baru pada Agustus," ujarnya Kamis (26/7/2012). 

 

Emiten berkode UNTR tersebut akan menyelesaikan aksi korporasinya dengan menggunakan sebagian dana sisa penawaran umum terbatas (rights issue) Mei 2011.

 

Hingga Juni lalu, realisasi penggunaan dana adalah Rp5,68 triliun dari total

 

Rp6,02 triliun yang diraup melalui penawaran umum terbatas sehingga masih ada sisa sekitar Rp340 miliar. 

 

"Dana itu tidak semuanya untuk akuisisi karena juga akan digunakan untuk proyek kontrak pertambangan dan infrastruktur tambang," tuturnya. 

 

Bila dana yang dibutuhkan kurang, lanjutnya, emiten yang merupakan afiliasi dari Astra Group ini akan menggunakan kas internal untuk melakukan akuisisi.

 

Sejauh ini, tambang yang sedang diincar tersebut masih berbentuk lahan hijau (green field) dan belum dapat berproduksi sehingga belum diketahui jumlah cadangan batubara yang terkandung di dalamnya. 

 

"Perlu waktu 10 bulan untuk membersihkannya dan dibutuhkan sekitar 2 tahun untuk dapat mencapai kapasitas produksi penuh," katanya. 

 

Perusahaan penyedia alat berat ini memiliki sejumlah anak usaha yang bergerak di tiga lini bisnis, yaitu mesin konstruksi, kontrak pertambangan, dan pertambangan.

 

Anak perusahaan yang bergerak di mesin konstruksi adalah PT United Tractors Pandu Engineering (UTPE), PT Komatsu Remanufacturing Asia (KRA), PT Bina Pertiwi (BP) dan PT Multi Prima Universal (MPU).

 

Sementara itu, anak perusahaan yang bergerak di bidang kontrak pertambangan adalah PT Pamapersada Nusantara (Pama).

 

Selain itu, UNTR memiliki saham di bidang pertambangan yang baru diakuisisi tahun lalu yaitu PT Asmin Bara Baronang, PT Duta Sejahtera, dan PT Bukit Enim Energy. (sut)

 

 

 

Sumber