Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Bea Masuk Garmen Diminta Naik Jadi 35%

Recommended Posts

JAKARTA - Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (APSyFI) meminta agar bea masuk pakaian jadi (garmen) dinaikkan menjadi 35 persen dari saat ini 15 persen.Sekjen APSyFI Redma Wirawasta mengatakan proteksi sektor hilir bisa dilakukan dengan menaikkan bea masuk pakaian jadi ataupun pengenaan safeguard. Dia juga menambahkan penguatan pasar domestik sangat penting dilakukan. Namun komitmen ini harus dilakukan melalui kebijakan, bukan hanya himbauan atau wacana.

 

Usulan tersebut, kata dia, telah dia sampaikan kepada pemerintah, mulai dari Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan. Sehingga, dia berharap bisa segera ditindaklanjuti.

 

"Saat ini kan MFN (Most Favored Nation) 15 persen, kita bisa naikkan hingga 35 persen sesuai binding tarif yang diperbolehkan WTO. Untuk safeguard, perlu will dari pemerintah, karena kita hanya punya data lonjakan impor saja sedangkan data injury sulit didapatkan, mengingat produsen pakaian jadi yang berorientasi pasar domestik kebanyakan UMKM yang sebagian besar tidak berbadan usaha," kata Redma dalam keterangan tertulis, Kamis (26/7/2012).

 

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan bea masuk MFN Indonesia rata-rata sebesar 6,6 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan Korea 12,1 persen, Brasil 13,7 persen, China 9,1 persen dan India 13 persen.

 

Hal tersebut, kata dia, mengakibatkan membanjirnya barang impor yang masuk, ditambah lagi kurangnya pengawasan di pelabuhan, dan tidak dioptimalkannya instrumen anti dumping dan safeguard dalam melindungi industri dalam negeri.

 

"Masih banyak industri dalam negeri yang ketergantungan terhadap bahan baku impor masih tinggi, sehingga mengurangi daya saing terhadap produk-produk negara kompetitor," kata Hidayat.

 

Lebih lanjut Redma menjelaskan, berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Bank Indonesia (BI) periode Januari-Mei 2012, surplus perdagangan Indonesia turun dari USD11,72 miliar menjadi USD1,51 miliar.

 

Redma menambahkan, meski surplus perdagangan sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) hanya turun sebesar USD267 juta hingga pada Mei berada pada posisi surplus USD2,41 miliar, namun posisi ini sangat mengkhawatirkan karena dalam 10 tahun terakhir surplus sektor TPT selalu berada di atas USD5 miliar-USD6 miliar.

 

Penurunan surplus perdagangan, sebut dia, disebabkan oleh lemahnya pasar dunia akibat krisis Yunani yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun dan berimbas pada Spanyol, Italia, Portugal, Prancis dan mungkin ke beberapa negara lainnya sehingga menjadi krisis Zona Eropa. Sehingga, dia memperkirakan, krisis ekonomi dan keuangan dunia yang melanda Uni Eropa masih akan berlangsung dalam dua tahun mendatang.

 

Apabila ekspor turun lalu impor naik hingga menjadi defisit, hal ini akan bisa berdampak terhadap nilai tukar rupiah dan mengganggu kinerja ekonomi. Menurutnya, melemahnya pasar ekspor harus segera disikapi dengan tindakan penguatan posisi produk lokal di pasar domestik karena pada saat yang sama pasar domestik kita menjadi incaran negara produsen lain.

 

"Minimal kita bisa tekan impor, sedapat mungkin bahan baku menggunakan produk dalam negeri, apalagi barang konsumsi, penggunaan produk dalam negeri hukumnya wajib," ucapnya.

 

Sedangkan untuk sektor hulu, Redma mengusulkan, diskon Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi industri yang menggunakan bahan baku dalam negeri sehingga mendorong penggunaan produksi dalam negeri dari hulu ke hilir.

 

"Industri garmen yang pakai kain lokal diberi diskon PPN pembelian kainnya, industri kain yang pakai benang lokal diberi diskon pembelian benangnya, industri benang yang pakai serat lokal diberi diskon pembelian seratnya begitu seterusnya," tandas Redma.

(Sandra Karina/Koran SI/rhs)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...