Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

BAMBANG ARIA WISENA: Krisis Eropa Dapat Pengaruhi Target

Recommended Posts

JAKARTA:  Perekonomian dunia mengalami perlambatan. Kondisi itu juga berimbas kepada penurunan permintaan beberapa komoditas seperti minyak kelapa sawit dan karet. Imbas lainnya harga komoditas juga terkoreksi.

 

Lalu ba­­gaimana para pelaku usaha perkebunan menyikapi kondisi pa­­sar komoditas di dunia saat ini. Bisnis mewawancarai Presiden Direktur PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk Bambang Aria Wi­­­sena. Eksekutif ini baru saja dilantik pada 14 Juni lalu menggantikan Ambono Janurianto. Berikut petikannya.

 

Bagaimana target ekspansi tahun ini?

 

Kami tetap menargetkan pendapatan tahun ini naik 20%-30% dibandingkan dengan tahun lalu. Dalam rangka itu, kami akan melakukan konsolidasi.

 

Kami tidak mungkin terus-menerus melakukan ekspansi di tengah-tengah harga minyak kelapa sawit yang fluktuatif selain tekanan di luar juga cukup besar.

 

Apa Bakrie ada rencana ekspansi lahan baru?

 

Belum ada tambahan lahan baru. Lahan tertanam ada, kalau akuisisi tahun ini belum ada. Sulit untuk mendapatkan lahan baru. Tentu ada minimum scale yang harus dipenuhi.

 

Minimal kita punya satu areal yang dapat menghidupi pabrik seluas 6.000 hektare. Persoal­an­nya, kini semakin banyak perkebunan masuk tentu membuat kami semakin sulit mendapatkan lahan baru. Strategi kami adalah dengan melakukan konsolidasi.

 

Kami memanfaatkan land bank dulu. Tahun depan luasnya sekitar 135.000-140.000 ha. Tahun ini sudah mendekati sekitar 130.000 hektare.

 

Kenapa penambahan areal tanam kecil?

 

Iya, karena kita akan konsolidasi yang ada dulu.

 

Apakah ada penanaman baru untuk kelapa sawit dan karet dari BSP?

 

Ada, tetapi mengguna­kan lahan yang ada berupa rep­lanting [peremajaan].

 

Namun, kami juga punya tanaman baru sekitar 2.000 ha-3.000 ha untuk sawit, sementara untuk karet sekitar 400-500 ha. Replanting sa­­wit dan karet dilakukan un­tuk perkebunan di Su­­matra Utara.

 

Berapa land bank (cadangan lahan) perusahaan saat ini?

 

Land bank masih ada sekitar 20.000-30.000 ha. Bentuk­nya bermacam-macam, berbentuk hak guna usaha (HGU) dan lainnya. Untuk mendapatkan itu, kami juga perlu melakukan pendekatan untuk menghindari berbagai social impact.

 

Apakah replanting itu memengaruhi penurunan produksi CPO dan karet?

 

Kita melakukannya secara bertahap, antara re­­planting dengan tanaman yang sudah mature [siap menghasilkan buah].

 

Kondisi itu menyebabkan tingkat produksi tetap terjaga dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan produksi.

 

Skema kami dalam melakukan replanting rata- rata-rata 8%-10% dari total luas perke­bunan setiap tahun, Re­­planting sawit dilakukan setiap tahun. Sementara karet setiap 25 tahun harus di-replanting.

 

Berapa anggaran untuk replanting?

 

Replanting dan tanaman baru itu sama biayanya, sekitar US$$7.000-US$8.000 per ha.

 

Namun, kalau tanam pertama kan harus buka lahan, Bahkan, kadang lebih murah dari tanam baru dibandingkan dengan replanting kalau kondisi lahan bagus.

 

Beberapa pengusaha perkebunan mulai beralih ke karet, karena dinilai menguntungkan. Bagaimana dengan BSP?

 

Kita juga mau seperti itu, cuman karet lebih complicated dibandingkan dengan sawit. Kalau sawit lebih gampang, bibit tinggal beli.

 

Bila karet harus bikin sampling sendiri, bibit tanaman itu sesuai dengan klone [varietas] yang diinginkan.

 

Kita dapat membeli bibit karet, tetapi karena sekarang banyak teman masuk ke karet, akhirnya bibit habis, pasti defisit untuk bibit karet.

 

Pusat Pen­eli­tian Karet juga memiliki kewajiban moral untuk menyuplai bibit karet kepada petani.

 

Persoalan di industri karet kebanyakan adalah perkebunan karet rakyat.

 

Namun, penetrasi klone bagus di perkebunan rakyat hanya 40%. Padahal, bila penetrasi bibit berkualitas mencapai 60%, maka produktivitas petani dapat naik.

 

Khusus di Bakrie Plantation, tingkat produktivitas karet bisa mencapai 1,5 ton per hektare, bahkan ada yang mencapai 2 ton per hektare.

 

Bakrie ada rencana penambahan pabrik?

 

Kami tidak ada rencana membangun pabrik kelapa sawit (PKS), karena belum butuh lagi.

 

Kami hanya akan meng­operasikan pabrik refinery tahun ini mulai jalan dengan kapasitas 1.500 ton per hari. Pembangunan refinery itu sudah mencapai 87%.

 

Harga karet turun, apa ada pengaruh?

 

Memang, kinerja ekspor tidak terpengaruh. Yang terpengaruh hanya harga saja. Apalagi, 70% karet alam untuk industri otomotif.

 

Perlu diketahui, otomotif itu indikator dari perekonomian. Permintaan mobil turun, permintaan ban turun, sehingga harga karet tertekan.

 

Bakrie ada rencana membuat industri hilir karet?

 

Ini barang lain, jualan ban tentu berbeda dengan bahan baku. Ini harus dipelajari betul bisnis modelnya.

 

Kita harus pertimbangkan baik-baik. Meskipun ada partner dari Goodyear. Mereka kini juga dalam tekanan.

 

Penurunan harga karet dan CPO, apakah ada koreksi target?

 

Krisis ekonomi di Eropa tentu memberikan dampak. Bila terus berkepenjangan, kami juga tentu harus melakukan revisi target. Khusus karet memiliki ruang yang lebih besar terhadap fluktuasi harga.

 

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, harga karet pada tahun ini lebih rendah. Di sisi revenue bisa turun meski di produksi tidak.

 

Ada cara atau alternatif mengatasi penurunan harga karet dan CPO?

 

Harga tidak dapat diatur, produksi juga sulit untuk ditingkatkan.

 

Bisa saja untuk meng­genjot karet, maka penyadapan diperbanyak, tetapi itu tidak akan kami lakukan, karena akan mengganggu kualitas pohon karet ke depan.

 

Jangan sampai karena takut harga turun, kita peras habis, bisa jadi pada tahun depan tidak ada sisanya lagi.

 

Penurunan harga komoditas ini akan memengaruhi pendapatan perusahaan?

 

Pasti, kita lihat signifikansi sampai akhir tahun, karena setiap tahun harga karet dan CPO selalu naik turun.

 

Saat ini, harga CPO dan karet sangat dipengaruhi oleh harga minyak mentah, mengikuti pergerakan perekonomian.

 

Dahulu, minyak sawit kaita­n­nya dengan minyak mentah hanya soal biaya angkut, tetapi sekarang tidak, karena CPO juga dapat dijadikan sebagai biofuel.

 

Kalau karet sejak dulu me­­mang selalu mengikuti pergerakan harga mi­­nyak mentah, ka­­rena karet sintetis berasal dari mi­­nyak, ada korelasi sama.  (ra)

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...