Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Harga Kedelai Naik Tinggi, Hasil Tempe Makin Mini

Recommended Posts

5RIWhMGm9u.jpgIlustrasi. (Foto: Okezone)

 

 

 

MEDAN - Kenaikan harga kedelai yang telah mencapai Rp2.000 per kilogram (kg) sejak akhir Mei lalu, membuat pengrajin tempe di Medan terpaksa mengurangi dan memperkecil ukuran tempe yang akan diproduksi.Langkah itu dipilih sebab menaikkan harga maupun menghentikan produksi bukanlah solusi. Khususnya mendekati momentum Lebaran, yang biaya kebutuhan hidup juga meningkat seiring kenaikan harga-harga kebutuhan pokok lainnya.

 

"Kalau kita naikkan harga, di tengah kenaikan bahan-bahan pokok lain, bunuh diri lah namanya. Bisa-bisa produksi kita enggak disentuh orang. Karena kan tempe bukan makanan pokok. Kita mau berhenti sampai harga bahan baku normal juga bukan solusi. Karena beban produksi bukan bahan baku, tapi pekerja kita kan tetap. Kalau mau Lebaran begini kita hentikan produksi. Pekerja mau digimanakan. Jadi ya kita terpaksa tetap jalan tapi jumlah dan ukurannya kita kecilkan. Jadi tetap bisa berproduksi dan dapat untung. Tapi ya tipis kali lah," jelas pengrajin tempe di Jalan Bunga Asoka Medan, Budi Sudarno pada Okezone, Selasa (24/7/2012).

 

Budi mengaku jika selama ini menghabiskan lima kuintal kedelai setiap harinya. Namun saat ini dengan pengurangan produksi, stok kedelai yang sempat dibeli diharapkan bisa bertahan lebih lama, berharap harga kedelai segera turun.

 

Apalagi sinyalemen itu mulai terlihat dengan penurunan permintaan untuk daerah jawa yang penyerapannya paling tinggi. Di samping itu guna meminimalisir kerugian, ukuran tempe yang biasanya tiga ons per kemasan, kini dibuat hanya 2,5 ons per kemasan dengan harga jual tetap Rp1.600 per kemasan.

 

"Tapi Solusi ini belum bisa dipastikan bertahan lama, apalagi pengrajin tempe di Sumut kurang kompak seperti di Jawa. Padahal untuk bisa eksis menghadapi situasi seperti ini dimana bahan baku naik tajam dan daya beli kurang, pengrajin harus bersatu dalam menyikapi persoallan tersebut. Setidaknya untuk menyuarakannya pada pemerintah, sehingga pemerintah bisa intervensi," katanya.

 

Budi yang mengaku sudah 12 tahun menjadi pengrajin tempe, memprediksi kenaikan harga kedelai yang sudah sangat mengkhawatirkan ini bukan semata karena musim kering yang melanda Amerika sebagai produsen terbesar kedelai. Namun juga karena adanya aksi spekulasi. Oleh karena itu pemerintah sesegera mungkin diminta melakukan intervensi sesegera mungkin.

 

“Kalau mengacu pada harga kedelai di Juni yang sempat naik Rp6.750 per kg dan diborong pengrajin karena takut naik lagi, tiba-tiba harganya turun menjadi Rp6.300 per kg dan itu merugikan. Tetapi kemudian ketika pengrajin tenang, tiba-tiba harga terus naik menjadi Rp7.850 per kg pada akhir pekan lalu. Dari situ kan bisa dilihat kalau ada spekulasi, masa di situasi tenang tiba-tiba harga naik. Makanya kita sekarang serahkan pada pemerintah lah," tutupnya. (wdi)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...