Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Tetap Soulmate di Putaran Berikutnya?

Recommended Posts

pSBfALEibQ.jpgIlustrasi. (Foto: Corbis)

 

 

 

Jika ada sebuah perusahaan besar yang merayakan kesuksesannya berdasarkan jumlah pelanggan ke sekian juta, saya justru prihatin. Ini adalah pemborosan dana perusahaan.Baru jadi pelanggan saja jangan dirayakan dulu. Tahan perayaannya, belum waktunya untuk sesumbar sudah sukses. Kalau semua pelanggan yang jumlahnya sekian juta itu sudah menjadi pelanggan setia, baru boleh kita merasa bangga.

 

Karena, tugas merekrut pelanggan itu jauh lebih mudah daripada menjadikannya pelanggan loyal. Branding adalah proses yang tidak pernah selesai. Tugas pertama dalam branding adalah mencari just friends atau teman biasa, lalu dalam proses berikutnya adalah mengonversinya menjadi good friends.

 

Terberat memang menjadikan good friends menjadi soulmate, teman sejati. Apakah setelah menjadi soulmate, tugas kita selesai? Pelanggan setia adalah tipe pelanggan yang paling sensitif. Perhatian kepadanya tidak boleh putus, tidak boleh terhenti.

 

Pelanggan setia yang sakit hati akan menjadi negatif word-of-mouth yang sangat sulit untuk diyakinkan kembali setelah pindah ke lain hati. Dalam kehidupan kita, berapa sering kita kehilangan soulmate karena alpa dalam menjaga relationship? Menganggap "everything is okay" tanpa check kembali apakah sudah mengikuti perkembangan terbaru tentang kebutuhan soulmate tersebut.

 

Dalam kaitannya dengan pilkada Gubernur DKI, tantangan bagi Jokowi-Ahok adalah mempertahankan kesetiaan pemilihnya agar tetap memilihnya di putaran berikutnya. Ini bukan pekerjaan sederhana. Saat ini yang harus dihitung bukan berapa banyak yang sudah memilih, tetapi bagaimana status pemilih tersebut, apakah termasuk pemilih sejati, ataukah pemilih yang hanya situasional, mungkin terpengaruh oleh opinion leader atau faktor lain. Peta kekuatan brand yang bertempur bisa diketahui apabila informasi tentang berapa banyak pemilih sejati yang sudah dimiliki oleh kandidat.

 

Dalam branding pilkada yang ditampilkan bukanlah satu brand saja, melainkan multiple brands. Sangat kompleks pekerjaan untuk mengontrol bahwa semua brand yang ada kaitannya dengan "BRAND INTI" tidak menyimpang dari koridor yang digariskan.

 

Branding kepala daerah hampir mirip dengan branding korporasi besar. Yang harus dipikirkan adalah bagaimana agar brand yang terdiri dari berbagai elemen brand yang ada didalamnya selalu sinergi dan aligned.

 

Dalam branding korporasi, selain brand perusahaan, juga masih ada brand independent product dan services-nya. Juga brand CEOnya, lalu brand para eksekutifnya. Termasuk jajaran front liners-nya. Setiap brand yang mewakili korporasi harus bisa memberikan kontribusi positif. Menjadi faktor pendukung bukan faktor penghambat kecermelangan brand korporasi. Memastikan bahwa total benefit yang dijanjikan kepada stakeholders-nya bisa dipenuhi dengan baik. Promises delivered.

 

Kekuatan brand korporasi perlu proses pemetaan yang seksama, setinggi atau sekuat apa kedudukan brand di mata setiap tipe stakeholders-nya. Refleksi branding korporasi ini dengan misalnya saja saya ambil contoh, branding Jokowi. Beliau tidak berdiri sendiri.

 

Dalam multiple brand layer, Jokowi posisinya berada pada core, berada paling sentral. Lalu di lapisan berikutnya ada nama brand lain yaitu Ahok. Kalau kedua brand ini dianggap sebagai tokoh pembaharu, tokoh yang punya track record baik di daerah di mana mereka mengabdi, berarti keduanya bila digabungkan mempunyai efek sinergi positif, yang bahkan menjadi kekuatan yang lebih solid dibandingkan tampil sendiri-sendiri.

 

Tetapi, ada brand partai-partai pendukung di balik pasangan Jokowi-Ahok. Walaupun posisi partai-partai ini berada di lapisan luar dari multiple brand layer, tetap saja sedikit banyak akan membentuk sebuah persepsi hasil akhir dari kolaborasi multiple branding.

 

Finalis pilkada DKI perlu melakukan review ulang bagaimana positioning brand "korporasinya" di mata beragam voters masyarakat Jakarta yang sangat bervariasi, di mata para investor, di mata para akademisi, di mata pemerintah, di mata berbagai tipe voters lainnya.

 

Saat ini yang dimiliki oleh tim sukses kandidat sepertinya masih terbatas pada potret keberhasilan brand secara generik dan tidak kontekstual. Karenanya, penanganan penanggulangan issues-nya juga generik, hanya sporadis dan reaktif. Tidak terstruktur sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Seperti dalam sebuah pertunjukan, harus jelas siapa peran-peran utama dan siapa peran pendukung.

 

Pada saat penonton melihat daya tarik pertunjukan ini lebih dominan karena pemain utamanya, maka peranan pemain figuran harus dikurangi. Harus ada usaha untuk menekan eksposur agar tidak menjadi sorotan. Tim sukses kampanye pilkada perlu mendesain kampanyenya sekontekstual mungkin di setiap audience yang berbeda, agar tidak terjadi salah peran dan efeknya bukan didukung tetapi malah dihindari. Selamat bertanding.

AMALIA E. MAULANA. PH.D.

Brand Consultant & Ethnographer ETNOMARK Consulting

http://www.amaliamaulana.com

http://www.etnomark.com (Koran SI/Koran SI/ade)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...