Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

BENIH BAWANG MERAH: Petani Inginkan Penangkaran untuk Tekan Biaya Produksi

Recommended Posts

CIREBON, Jabar: Petani bawang merah membutuhkan penangkaran benih untuk menekan biaya produksi, sehingga mampu memproduksi benih yang berkualitas dengan harga yang bersaing dengan produk impor. 

 

Selama melakukan produksi, dari total biaya analisa tani bawang merah keseluruhan, sebanyak 30% digunakan untuk pembelian benih.

 

Sri Wijayanti Yusuf, Dirut Perbenihan Hortikultura Direktorat Jendral Hortikultura Kementrian Pertanian,  mengatakan penangkaran benih bawang merah pada daerah (kabupaten) sentra produksi bawang merah yang lama seperti Kabuapten Brebes, Cirebon, Nganjuk, Solok, dan Pesisir Selatan, telah dibuat penangkaran bawang merah agar petani tidak kesulitan mendapatkan benih.

 

“Pada perencanaan bawang merah tahun depan, penangkaran akan dibuat di sentra bawang merah baru seperti di Toba Samosir, Sulsel, dan Solok, kendati masih terganjal masalah biaya karena untuk membuat gudang penangkaran membutuhkan biaya besar,” katanya, usai seminar bersama petani bawang merah di kantor Bank Indonesia (BI) Cirebon hari, Selasa (17/7/2012).

 

Kecilnya anggaran yang diterima Direktorat Perbenihan Hortikultura tahun 2011 lalu hanya Rp600 miliar, dari total anggaran untuk Kementrian Pertanian tahun lalu sekitar Rp17 triliun, menurut Sri tidak menjadi kendala utama pihaknya mendorong produktivitas petani bawang merah, karena masih bisa diupayakan melalui berbagai program yang disediakan perbankan.

 

“Ketika kemudahan akses petani mendapatkan benih bawang merah di gudang penangkaran yang ada di daerahnya, diharapkan besarnya biaya produksi yang mengakibatkan harga jual bawang mahal dapat diminimalisir,” tuturnya.

 

Terkait masih tingginya ketergantungan impor bawang untuk konsumsi, Sri mengungkapkan masih diakibatkan pada peningkatan konsumsi masyarakat terhadap bawang merah yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi bawang merah.

 

“Kebutuhan bawang merah nasional beberapa tahun lalu mencapai 1,5 juta ton per tahun, sedangkan produktivitas bawang hanya mencapai 10-15 ton per hektare, produksi pun masih sering fluktuatif, karena sewaktu-waktu kelebihan produksi bahkan terkadang kekurangan stok,” ujarnya.

 

Sri menambahkan pihaknya kini mencoba menggandeng pihak perbankan untuk menyalurkan bantuan pinajaman modal kepada petani, khususnya petani bawang merah, untuk mengimbangi bantuan modal yang diberikan pemerintah seperti program KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi), agar potensi lahan untuk pertanian bawang seluas 190.000 hektare dapat digarap secara keseluruhan.

 

“Jumlah lahan belum tergarap saat ini mencapai 81.000 hektare, dari jumlah lahan yang sudah tergarap, produksi bawang merah per tahun hanya mencapai 1.04 juta ton, sedangkan kebutuhan bawang merah nasional per tahun mencapai 1,5 juta ton,” tuturnya.

 

Pada saat yang sama, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Cirebon, Bambang Mukti Riyadi mengatakan dalam mendapatkan kredit bantuan modal dari perbankan para petani (bawang merah) mestinya mengetahui aturan yang diberlakukan perbankan dalam penyaluran bantuan modal untuk mengurangi resiko.

 

“Ketika petani [kelompok] sudah memiliki kelayakan, perbankan pun tidak akan mempersulit, namun bagi petani yang belum memiliki kelayakan, kiranya bisa mendapatkan bantuan pinjaman modal dari berbagai program pemerintah maupun CSR perusahaan,” ujarnya. (k3/sut).

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...