IHSG Diproyeksi Lesu Hari Ini

[Parno Pemilik Lapak 0]

JAKARTA:  Pelaku usaha mendesak perbaikan total terhadap sistem pelayanan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok.

 

Pasalnya, lambannya aktivitas bongkar muat di pelabuhan itu, selain tidak maksimalnya kerja alat berat (crane) juga semakin sempitnya lapangan penumpukan kontainer.

 

Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (Alfi) DKI Jakarta, Sofian Pane mengatakan lebih 70% fasilitas buffer/ lapangan yang ada di pelabuhan Priok saat ini hanya digunakan menumpuk kontainer kosong, sehingga saat kapal melakukan bongkar jadi terhambat karena sempitnya lahan.

 

Dia mengungkapkan, berdasarkan laporan sejumlah anggota ALFI DKI, rata-rata waktu tunggu pelayanan kapal (waiting time) di pelabuhan Priok itu tujuh hari,  padahal janjinya dengan masuknya investasi berupa pengadaan alat berat, bongkar bisa cepat dua kali lipat atau tiga sampai empat hari.

 

"Memang ada pertumbuhan, tapi masih kecil. Pelaku usaha ini kan maunya cepat sehingga karena lamanya pelayanan ini akan berpengaruh pada biaya yang harus ditanggung pelaku usaha,"ujarnya hari ini Minggu (15/7).

 

Diakui, penurunan kinerja bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok mulai terasa pada hampir satu bulan terakhir  ini hingga  menjelang Puasa.

 

"Bahkan sempat terjadi antrean kapal yang menungu sandar di dermaga akibat sejumlah dermaga sedang diperbaiki," paparnya.

 

Sofian mengatakan, penumpukan kontainer kosong di dalam pelabuhan, adalah salah satu penyebab keterlambatan pelayanan bongkar muat.

 

Idealnya,kata dia, lapangan yang ada digunakan untuk menampung kontainer isi, dan kontainer kosong harus dicarikan tempat di luar pelabuhan. "Bisa juga di dalam pelabuhan tapi tidak mengganggu kegiatan bongkar muat,"tuturnya.(Ahmad Mabrori/K1/api)

 

 

 

Sumber