Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Investasi Saham Langsung

Recommended Posts

kWGdBBgK2Y.jpgIlustrasi. (Foto: Corbis)

 

 

 

Menyaksikan tingginya return saham dalam 5-10 tahun terakhir, sangat wajar jika banyak pemilik uang tergoda untuk mengalihkan dananya ke dalam saham. Siapa yang tidak tergiur dengan return saham yang sering mencapai puluhan persen dalam satu tahun? Itu baru capital gain dan belum termasuk dividen.Sebagian dari mereka lalu mencari tahu, apakah sebaiknya berinvestasi saham langsung atau melalui reksa dana saham? Isu di atas sejatinya cukup sering dibahas. Namun, beda penulis tentunya beda argumen dan rekomendasi. Sebenarnya ada persoalan yang lebih penting daripada pertanyaan di atas. Bahwa di balik besarnya return, investor tidak boleh mengabaikan tingginya risiko saham.

 

Jika sedang tidak beruntung, investasi saham bisa membangkrutkan kita dengan kerugian sampai 51 persen dalam setahun seperti pada 2008 lalu, atau merosot 65 persen dalam 15 bulan seperti pada Juni 1997-September 1998. Mau yang lebih dahsyat lagi? Investor saham di bursa Tokyo harus rela portofolionya turun sampai 75 persen selama 23 tahun terakhir, karena indeksnya pernah mencapai 38 ribu pada 1989 dan sekarang nongkrong di 8.700.

 

Di depan mahasiswa, secara bercanda, saya suka mengatakan bahwa karena kejatuhan tajam indeks saham inilah orang Jepang bertekad untuk berumur panjang. Investasi saham mereka dua puluh tiga tahun yang lalu belum balik modal dan mereka tidak rela portofolio mereka terus rugi.

 

Mereka ingin menyaksikan keuntungan dari investasi saham mereka. Ini terjadi karena indeks Nikkei pada 1989 mengalami bubbling, terutama untuk harga saham properti. Karena itulah, orang Jepang lebih suka menyebut bursanya sebagai "pasar modar" dan bukan pasar modal. Anda tahu kan artinya modar?

 

Keputusan di Tangan Anda

 

Setelah memahami soal return dan risiko saham ini, saran saya para calon investor saham sebaiknya melakukannya secara langsung. Sedikitnya ada empat kelemahan berinvestasi melalui reksa dana saham di mata saya.

 

Pertama, Anda tidak akan memperoleh dividen, sebab dividen yang diperoleh reksa dana saham akan direinvestasikan dalam saham dan tidak dibagikan karena satu atau dua alasan. Untuk Anda ketahui, dalam lima tahun terakhir, investor saham langsung mendapatkan dividend yield sekira dua sampai tiga persen per tahun untuk saham-saham LQ-45 dan lebih besar lagi, yaitu lima sampai tujuh persen untuk saham lapis kedua dan ketiga.

 

Kedua, reksa dana saham sering mengenakan subscription fee dan redemption fee. Biaya ini tidak dialami investor saham langsung. Jika biaya masuk-keluar ini sampai tiga persen atau lebih, siap-siap keuntungan bersih investasi Anda akan tergerus sebesar ini. Biaya sebesar ini ketinggian karena yang dilakukan manajer investasi sesungguhnya dapat ditebak, yaitu membeli saham-saham berkapitalisasi besar yang juga masuk dalam LQ-45.

 

Ketiga, para manajer investasi pengelola reksa dana saham umumnya menerapkan strategi aktif dengan mengandalkan analisis teknikal. Akibat strategi dan pendekatan ini, mereka bertransaksi dengan sering sehingga biaya transaksi pun menjadi besar. Padahal, Barber dan Odean (2000) menuliskan bahwa, "Trading is hazardous to your wealth." Tidak mengherankan, jika sebagian besar reksa dana saham hanya mampu memberikan return (kenaikan NAB) di bawah return pasar (IHSG).

 

Keempat, manajer investasi reksa dana saham umumnya menerapkan strategi diversifikasi agar risikonya minimum. Padahal, diversifikasi mengandung empat kelemahan yang sangat jarang dituliskan atau diungkapkan para pakar keuangan.

 

Diversifikasi adalah Pilihan

 

Diversifikasi itu berangkat dari paradigma minimisasi risiko dan premis bahwa investor itu adalah risk averse. Diversifikasi menjadi kurang tepat untuk investor individu yang risk-taker dengan paradigma investasi maximizes return. Kedua, melakukan diversifikasi membuat seorang investor tidak fokus. "The more you diversify, the less you know about any one area," tulis William J Oneil.

 

Ketiga, strategi diversifikasi akan membuat beta portofolio sekira satu sehingga kinerja investasi akan bergerak mengikuti IHSG. Terakhir, diversifikasi akan membuat Anda tidak gesit dalam menyikapi dan mengantisipasi pasar terutama ketika pasar mulai bearish. Menyadari kelemahan di atas, sebagai investor individu, sejak beberapa tahun terakhir saya lebih menyukai dan menerapkan portofolio yang terdiri atas sekira lima saham.

 

Investor saham langsung juga dapat melakukan diversifikasi sendiri jika dia ingin meminimumkan risiko dan mempunyai dana minimal Rp100 juta. Alternatif lain diversifikasi saham jika dana yang ada hanya belasan hingga puluhan juta rupiah adalah dengan membeli ETF saham LQ-45. Namun, dia mempunyai pilihan lain yaitu fokus jika dia ingin memaksimalkan return.

 

Kelima, sebagai investor saham langsung, Anda dapat menerapkan prinsip dasar investasi buy what you know and know what you buy seperti yang dianjurkan Peter Lynch. Manajer investasi, karena harus diversifikasi dan masih mempercayai analisis teknikal dan momentum, kadang mengabaikan prinsip utama ini.

 

Ketahuilah, jika manajer investasi itu sangat khawatir kinerja reksa dana kelolaannya di bawah return IHSG karena akan mempengaruhi penilaian publik dan prospeknya. Intinya, untuk saham, Anda dapat menjadi manajer investasi untuk dana sendiri.

 

Anda dapat memperoleh dividen, bebas memilih strategi fokus atau diversifikasi, aktif atau pasif, tidak kena fee masuk dan keluar, dan dapat menerapkan prinsip dasar investasi ala Peter Lynch yaitu hanya mengoleksi saham-saham yang dikenal dan dipahami dengan sangat baik.

BUDI FRENSIDY

Penasihat Investasi dan Penulis Buku Matematika Keuangan (Koran SI/Koran SI/ade)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...