Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

Petani Tebu Berharap Harga Gula Diatas Rp10.000

Recommended Posts

BANDUNG: Menjelang lelang gula putaran kedua pada musim panen 2012 yang rencananya dilaksanakan 5 Juli, petani tebu rakyat di Jawa Barat mengharapkan harga gula yang layak di atas Rp10.000 per kilogram untuk menutupi biaya produksi.

 

 

Sekretaris DPD Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar Haris D. Sukmawan mengatakan dengan harga dasar gula yang ditentukan pemerintah Rp8.100 per kg, belum bisa menutupi biaya produksi petani, karena berdasarkan hitungan APTRI harga untuk menyentuh biaya produksi dan layak di tingkat petani, serta menghitung rendemen hanya 7,4%-7,5% dikalkuasikan harga gula harus di atas Rp10.000 per kg.

 

 

“Kalau harga [lelang] gula di tingkat petani di bawah Rp10.000 per kg, dengan rendemen yang paling tinggi hanya 7,5%, maka keberlangsungan produksi tebu rakyat di Jabar akan terancam,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (2/7).

 

 

Haris mengungkapkan pada lelang gula perdana musim panen 2012 yang digelar 20 Juni lalu, harga lelang gula mencapai Rp11.540 per kg, lebih besar dari estimasi harga yang diharapkan petani Rp11.250. Menurutnya, melihat tren harga lelang gula di sejumlah daerah seperti di Jawa Timur di bawah Rp10.000 per kg, diharapkan tidak berimbas pada lelang gula di Jabar yang akan digelar beberapa hari mendatang.

 

 

“Beberapa biaya produksi seperti upah tenaga kerja, dan sewa lahan perkebunan terus naik. Untuk itu, harga lelang gula di tingkat petani harus di atas Rp10.000 untuk mejamin stabilitas produksi tebu rakyat di tahun yang akan datang,” tegasnya.

 

 

Berdasarkan data dari APTRI JABAR, produksi gula hingga 2 Juli 2012, dari 2 pabrik gula saja sudah mencapai 2.200 ton, kalau diakumulasikan dengan 2 pabrik gula lainnya, diperkirakan total produksi gula pada lelang putaran kedua nanti mencapai 3.000-3.500 ton.

 

 

“Dengan peningkatan produksi pada lelang putaran kedua ini, kami berharap harga gula di tingkat lelang tidak terlalu terpengaruh, berdasarkan hasil rapat dengan para pengurus di tingkat DPC APTRI, kalau penawaran harga gula di bawah Rp10.000 para petani sepakat untuk menahan gula,” tuturnya.

 

 

Haris menambahkan penurunan harga gula di tingkat petani selain faktor meningkatnya produksi gula, juga bisa disebabkan meningkatnya rembesan gula rafinasi (impor) di pasaran, sehingga mengakibatkan anjloknya harga pada saat lelang gula.

 

 

Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan Jawa Barat Hendy Jatnika menilai perubahan harga gula hanya bisa ditentukan oleh pasar. Menurutnya tidak ada regulasi dari pemerintah untuk menentukan harga, selain penetapan harga dasar gula oleh pemerintah pusat sebesar Rp8.100 per kg.

 

 

“Harga biasanya ditentukan dari supply dan demand, jadi pada musim panen harga gula cenderung menurun,” katanya kepada Bisnis.

 

 

Menurutnya upaya untuk menjaga harga gula bagi petani, mungkin dengan menerapkan pembatasan impor gula saat musim panen. Hal ini menurutnya cukup efektif apabila diterapkan sehingga harga gula tidak terlalu jatuh.

 

 

Disinggung mengenai adanya usaha penahanan gula saat lelang, menurutnya, petani bisa saja menahannya asalkan kegiatan petani pada musim tanam tebu berikutnya tidak terganggu. “Biasanya modal awal pada musim tanam berikutnya dari hasil penjualan sebelumnya, nah ini juga harus dipikirkan,” ujarnya.

 

 

Dia menyarankan jika ingin menahan pelepasan gula, petani harus bisa memanfaatkan pinjaman dari pihak perbankan atau lembaga keuangan lainnya agar musim tanam berikutnya bisa dipastikan berjalan lancar.  (k3/k23/msb)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...