Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

KINERJA EKSPOR: Kapal asing angkut kontainer kosong akibat ekspor lemah

Recommended Posts

JAKARTA: Kapal asing yang melayani angkutan ekspor impor dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok mulai mengangkut kontainer kosong sebagai muatan balik akibat terus melemahnya volume ekspor yang dikapalkan melalui pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.

 

 

Ketua Umum Dewan Pemakai Jasa Angkutan Laut Indonesia (Depalindo) Toto Dirgantoro, mengatakan pengangkutan kontainer kosong tersebut dilakukan untuk menyeimbangkan load faktor kapal karena muatan balik (ekspor) tidak seimbang dengan angkutan impor yang di bongkar di pelabuhan.

 

 

Selama ini, kata dia, Pelabuhan Tanjung Priok menangani lebih dari 65% kegiatan pengapalan eskpor impor nasional.

 

 

“Pemerintah RI harus membuat terobosan supaya ekspor nasional tumbuh lagi. Apabila fenomena ini terus berlanjut kita akan mengalami kekurangan kontener kosong sebagai sarana pengapalan ekspor pada masa mendatang jika ekspor nasional kembali membaik,” ujar Toto yang juga menjabat Wakil Ketua Komite Tetap Peningkatan Ekspor Nasional Kadin Indonesia, kepada Bisnis, Rabu (4/7).

 

 

 

Dia mendesak seluruh hambatan ekspor di pangkas termasuk menekan biaya distribusi dari pelabuhan ke gudang atau pabrik dan sebaliknya, serta memberikan insentif khusus bagi kegiatan pengapalan ekspor di pelabuhan.

 

 

Toto mengungkapkan, penurunan kegiatan pengapalan ekspor dari Pelabuhan Tanjung Priok yang paling signifikan terjadi selama tahun ini untuk komoditi tekstil mencapai 25%, hasil pertanian 8%-10%, dan besi/baja rata-rata 8%.

 

 

Kondisi pelemahan pengapalan ekspor ini, kata dia, akibat komoditas dalam negeri tidak bisa bersaing di tingkat global karena biaya produksi di dalam negeri mahal yang disebabkan tingginya ongkos logistik, termasuk biaya di pelabuhan.

 

 

“Kalangan industri sudah menekan biaya produksi tetapi biaya distribusi dari dan ke pelabuhan bahkan hingga saat pengapalan di Pelabuhan masih terlalu tinggi,” tuturnya.

 

Menurutnya, pemerintah dituntut lebih fokus meningkatkan daya saing industri nasional sehingga bisa dihasilkan produk yang kompetitif dan bernilai tambah. “Disamping itu pemerintah juga harus meminimalisasi ketergantungan industri nasional terhadap bahan baku penolong impor,” paparnya.

 

 

Ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA) Jaya, C.Alleson mengakui kegiatan pengangkutan pengapalan ekspor terus menurun dari Pelabuhan Tanjung Priok.

 

 

"Kontainer kosong milik pelayaran itu diangkut untuk memenuhi kegiatan di pelabuhan lainnya, demi kepentingan bisnis pelayaran bersangkutan,"ujarnya, dikonfirmasi Bisnis,(4/7).

 

Dia mengatakan, fenomena itu wajar saja dari sisi bisnis pelayaran  internasional karena muatan isi (baliknya) tidak ada, sehingga bisa memengaruhi kesimbangan load factor kapal.

 

"Yang tidak boleh jika hal itu dilakukan untuk kegiatan pengangkutan domestik,"ujar Alleson.

 

 

TERMINAL 2-JICT

 

 

Toto juga mengatakan, kendati terjadi pelemahan kegiatan pengapalan ekspor melalui Pelabuhan Tanjung Priok, namun kegiatan pengapalan untuk pasar domestik (antar pulau) tumbuh signifikan.

 

 

“Perlu persiapkan fasilitas di Pelabuhan Tanjung Priok yang bisa memberikan efisiensi untuk pelayanan peti kemas domestik tersebut,” tuturnya.

 

 

Karena itu, Depalindo mendesak Pelindo II segera merealisasikan pemanfaatan terminal 2 Jakarta International Container Terminal (JICT) di Pelabuhan Tanjung Priok sebagai lokasi pelayanan sandar kapal dan bongkar muat peti kemas domestik sekaligus feeder ocean going (internasional).

 

 

Dia mengatakan semua pihak termasuk pelaku usaha sudah mendorong pemanfaatan fasilitas terminal 2 tersebut bisa melayani domestik.

 

Apalagi, kata dia, Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok sudah menginstruksikan dan mengizinkan hal yang yang sama. “Seharusnya terminal 2 JICT sudah bisa dimulai melakukan kegiatan pelayanan peti kemas domestik, mengingat arus peti kemas domestik melalui Tanjung Priok tumbuh pesat,” tegasnya.

 

 

Toto mengatakan pemanfaatn terminal 2 JICT melayani peti kemas domestik bisa mengurangi 15%-20% beban biaya logistik karena peralatan dan fasilitas di terminal itu sudah memadai. Disamping itu kapal juga tidak perlu antri menunggu karena panjang dermaga mencukupi untuk melayani 4 s/d 5 kapal sekaligus.

 

 

Keuntungan lainnya, kata dia, pemerintah akan mendapatkan royalti 15% dari aktivitas bongkar muat di terminal 2 JICT mengingat fasilitas tersebut merupakan aset negara, selebihnya pembagian deviden antara Pelindo II dan Hutchison Port Holding (HPH) selaku pemegang saham operasional di terminal tersebut.

 

“Ketimbang fasilitas Terminal 2 JICT itu menganggur sebaiknya di manfaatkan untuk pelayanan kapal domestik di pelabuhan Priok,” ujarnya.

 

 

Menurut data Humas Pelindo II Tanjung Priok, arus peti kemas domestik yang di bongkar muat selama semester I/2012 melalui Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 1.097.707 twentyfoot equivalent units (TEUs) atau naik 34% dibanding pencapaian periode yang sama tahun lalu 818.842 TEUs.

 

Sedangkan arus peti kemas internasional yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok (termasuk di JICT,TPK Koja dan terminal multifunsgsi) selama semester I/2012 mencapai 2.007.675 TEUs atau naik 10% dibanding pencapaian periode yang sama tahun lalu 1.817.161 TEUs.(mmh)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...