Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

CHATIB BASRI: Saya Tak Mau Muluk-Muluk

Recommended Posts

JAKARTA: Ditemui di ruang kerjanya tepat pada hari pertama memulai tugasnya yang baru sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Muhammad Chatib Basri memaparkan panjang lebar tentang kondisi ekonomi global, kemungkinan dampaknya terhadap investasi di Tanah Air hingga rencana kerjanya ke depan.

 

Pria yang aktif mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tersebut, berjanji tak akan menciptakan masalah baru sebelum menyelesaikan masalah lama yang ada. Berikut petikan wawancaranya:

 

Bagaimana iklim investasi di Indonesia sekarang ini?

 

Kalau Anda dengar pidato Presiden pada waktu pengumumannama itu, Presiden secara spesifik berbicara mengenai situasi eko nomi dunia. Apa yang disampaikan Presiden pada waktu itu ada lah bahwa dunia ini dalam kon disi kemungkinan terjadinya kri sis, yang mungkin akan berpengaruh terhadap Indonesia.

 

Saya mulai dari sini. Kenapa ini penting? Saya rasa, sinyalemen atau pernyataan yang disampaikan oleh presiden itu penting sekali.

 

Saya mau share sedikit situasi global sekarang. Kita ini dalam situasi yang ke - tidakpastiannya tinggi sekali, mulai dari kemungkinan exit-nya Yunani dari eurozone dan dampaknya jika Yunani tak jadi keluar dari euro. [Chatib menjelaskanpanjang lebar soal masalah Yunanidan krisis utang Eropa].

 

Mengapa saya cerita panjang lebar soal ini, karena ini membuat uncertainty-nya begitu tinggi di dalam global. Kalau begitu besar, tentu ada implikasinya.

 

Apa implikasinya?

 

Yang pertama, investor mungkin akan affected. Pertanyaannya sejauh apa.

Sekarang baru saya bicara angka. Angka kita pada kuartal I/2012 bagus, total investasi kita Rp71,2 triliun, yaitu PMA [penanaman modal asing] 51,5%, sisanya PMDN [Penanaman Modal Dalam Negeri]. Kalau lihat dari growthnya, itu 30%. Jadi, kalau kita

bicara targetnya Rp280, dalam satu kuartal 25% mestinya tercapai.

 

Akan tetapi saya itu orangnya konservatif. Dalam arti kata, kalau Anda tanya: tercapai tidak. Kalau lihat dari kuartal I, iya. Pertanyaannya adalah apakah sepanjang tahun ini situasinya akan seperti kuartal pertama atau tidak.

 

Kita mesti lihat sampai apa yang terjadi di kuartal II ini. Dari situ kita bisa buat prognosis. Jadi saya tidak mau bilang ini pasti ini tidak tercapai. Kecenderungannya

mungkin iya, tetapi kita lihat, saya belum mau bilang angka sebelum number-nya ada.

 

Kalau sampai terpengaruh, bagaimana change-nya?

 

 Saya itu punya gambaran seperti ini, mudah-mudahan saya benar. Investasi itu tidak bisa

tidak di dalam suatu waktu harus dilakukan, karena uang itu di dalam bisnis tidak bisa mati.

 

Kalau uang kita cuma Rp100.000 disimpan di kantong tidak apaapa. Tapi kalau kita sudah bicara soal miliaran dolar tidak diapaapakan, itu time value of moneynya

mahal sekali. Berarti dia harus muterin. Kalau mau muterin, apalagi Eropa bikin likuiditasnya di-flush, Amerika juga membuat kebijakan bunga rendah-

berarti akan banyak likuiditas.

 

Tapi mau tidak mereka taruh di Eropa. Rasanya dengan uncertainty seperti ini, orang hold. Dalam jangka pendek mungkin kita akan affected, tetapi jangka panjang,

mereka akan cari tempat yang relatif return lebih tinggi.

 

Sekarang kalau kita bicara itu, sumber pertumbuhan terbesar itu datang dari Asia. Kalau bicara Asia, siapa Asia? Adalah greater China, greater India, satu lagi yang tidak pernah disebut orang adalah greater Asean. Mengapa greater Asean, siapa itu? 48% dari ekonomi Asean itu Indonesia, size-nya. 42% dari total populasi Asean itu Indonesia. Jadi kalau melihat seperti ini, kita bisa klaim kita ini greater Asean. Jadi tiga negara ini yang akan mendorong growth. Berarti kemungkinan modalnya akan mengalir ke Asia ini.

 

Bagaimana pengaruhnya ke Indonesia?

 

Kalau kita lihat, India pertumbuhannya 5% sekarang, kita masih 6,3%, artinya masih ada

chance bagi Indonesia untuk menarik investasi ke sini. Terus, dari segi ini, potensi ada, tetapi modal kan tidak dengan sendirinya datang begitu saja, kalau iklimnya tidak bagus. Kita kan tidak bisa mengharapkan, oh potensinya ada, berdoa saja,negara lain jelek, kemudian investasi akan ke sini.

 

Kita bicara mengenai dua hal.  Pertama, potensi. Kedua, how to realized it, to make it happen. Tugas dari BKPM ini yang kedua, dia tidak kutak-katik yang pertama, potensi ini anugerah dari Tuhan saja, ada juga faktor untung karena Eropa jelek gitu kan. Bukan karena skenarionya BKPM.

 

Bagaimana rencana Bapak ke depan?

 

Fokusnya BKPM adalah pada how to make it happen. Apa yang bisa dilakukan? Ini gambaran besarnya. Saya itu termasuk orang yang berprinsip begini, hampir tidak ada barang yang baru di bawah matahari, there's nothing new under the sun. Kadang-kadang orang bilang, apa yang baru nih? Orang datang dengan tekanan, bahwa dia harus datang dengan sesuatu yang baru untuk mendiasosiasi dengan yang lama.

 

Selalu yang mau didengar kalau ada menteri baru, harus ada kebijakan baru. Menteri baru, beleid baru. Akibatnya suka tidak konsisten. Saya ini menganggap begini, kalau dunia ini masih jalan, masih baik, anda tidak perlu betulin. "when the world is not broken, you don't need to fix it." Jadi mengapa saya bilang begitu, Indonesia ini sudah

baik sekali atau tidak? Jawabannya tidak, mengapa indikatornya misalnya World Economic Forum, apa concern-nya, investment climate-nya.

 

Daripada saya datang dengan kebijakan baru, yang penting itu, yang lama saja dikerjakan. Kita tidak perlu datang dengan powerpoint yang baru kalau yang lama

saja belum diimplementasikan. Lebih baik fokus pada yang ini, jangan muluk-muluk deh. Be berapa aja bisa dijalankan, itu sudah bagus.

 

Persoalannya satu, policy tidak ada di BKPM, dan BKPM tidak berhak untuk  enyatakan policynya. Namanya saja badan koordinasi penanaman modal, tugas kita itu untuk koordinasi. Berarti apa yang harus kita lakukan, kita bicara nih dengan institusi-insititusi

yang lain karena policy nya ini tidak di kita, tidak di saya.

 

Bagaimana dengan investasi portofolio?

 

Ada satu fenomena yang menurut saya harus dilihat. Kita dalam era bentuk investasinya selalu dalam bentuk greenfield-adalah bikin pabrik, ekspansi. Zaman se - karang dia tidak lihat dalam greenfield, tapi merger and acquisition. Zaman dulu, karena proses instrumen di financial market tidak terlalu banyak, tidak banyak terjadi.

Tapi sekarang itu terjadi. Anda tidak perlu bangun pabrik barunya, tetapi yang ada di take over.

 

Kalau fenomenanya seperti ini, berarti support dari institusi keuangan harus baik. Karena itu saya tidak pernah against pada portofolio. Dalam arti kata, harus FDI saja, tidak. Karena bisa saja dalam bentuk akuisisi. Atau fenomena yang juga terlihat, dalam waktu menengah panjang, dan ini terjadi di banyak negara, sumber pembiayaan itu tidak lagi

dari bank .

 

Yang terpenting, tidak ada yang salah dengan portofolio, tetapi yang kita perlu jaga itu perkembangan dunia. Saya bisa bilang misalnya hit and run, tapi sepenuhnya dihilangkan juga tidak bisa.

 

Bagi dunia usaha, yang terpenting itu FDI saja atau seperti apa?

 

Kalau ditanya FDI, saya happy. Tapi kan pengusahanya bukan saya. Mereka juga melihat begini, kalau ada sebuah perusahaan bagus, mengapa dia harus bikin pabrik. Ini fenomena baru yang muncul. Sebagai institusi kita harus antisipasi. Fenomena ini

ada, kalau Anda tanya saya, saya ingin FDI, supaya ada ekspansi dan penciptaan lapangan kerja.

 

Namun sekarang ada fenomena, orang berpikir untuk mengambil alih yang sudah ada. Istilahnya orang beralih dari industrialis menjadi investment banker.

 

Saya ambil contoh misalnya lihat pasar Indonesia yang begini besar, pasarnya domestik, dia tidak lagi berorientasi ekspor.

Apa dia mau neglect? Tidak mau kan. Yang paling terlihat di otomotif. Banyak yang kemudian bicara mau investasi di Indonesia, mulai dari Toyota, Nissan karena mereka lihat potensinya dan tidak mau meninggalkan.

 

Ini yang kita bisa lakukan, membuat mereka nyaman. Sederhana saja, kalau Anda tidak

ingin tamu Anda pulang, Anda harus buat nyaman, dikasih minuman, kue. Juga jangan

kebanyakan, nanti dia kekenyang an. Yang wajar saja. Tapi kalau ditakut-takuti akan

pulang. Intinya sesederhana itu.

 

Bagaimana soal Diversifikasi negara asal FDI?

 

Pasti. Jawaban saya klasik, itu harus dilakukan. Mengapa? Karena kalau lihat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa, orang mungkin akan tertawa. Negara yang paling

cepat mengantisipasi itu adalah China-dalam hal ekspor, belum investasi. Afrika itu permintaan ekspornya besar sekali dan China yang paling cepat antisipasi karena

produk mereka murah, affordable untuk Afrika.

 

Diversifikasi itu menjadi sangat penting. Karena negara-negara yang disebut konservatif itu ke depan tidak akan menjadi sumber growth lagi. Mereka akan cari di mana yang datang ke sini.

 

Soal pemerataan investasi Jawa dan luar Jawa. Rencana Anda?

 

Saya setuju. Menurut saya challenge saya yang terbesar, bagaimana membuat luar Jawa

berhasil. Kalau bicara soal luar Jawa, berarti pemerintah daerahnya harus siap. Apa yang

konkret bisa dilakukan? Kita kerja sama dengan mereka.

 

At least, apa yang bisa dilakukan, infonya di-share. Itu yang dicoba. Saya sangat pragmatis dan realistis, tidak mau mulukmuluk.  Kalau Anda mau bicara inves tasi

di luar Jawa, orang akan ta nya infrastrukturnya ada tidak, jalannya ada tidak. BKPM harus bicara, koordinasi dengan institusi-institusi lain untuk memfasilitasi. Badan ini

kan dibentuk untuk fasilitasi, pelayanan satu pintu.

 

Saya tidak berwenang membuat policy di daerah. Tapi yang bisa kita lakukan adalah kerja sama dengan pemerintah daerah mengenai share informasi, bicara dengan institusi-institusi yang punya policy untuk itu.

 

Ada program 100 hari?

 

Kalau saya melanjutkan, apa mau 100 harinya. Saya tidak mau terikat dengan itu, saya melanjutkan Pak Gita kok. Saya juga tadi bilang, tidak perlu lakukan kejutan,

gebrakan, lakukan saja apa yang bisa dilakukan. Namun, yang saya mau bilang, apa yang

mungkin terjadi, saya tidak tahu dalam 100 hari atau apa. Ini cerita awal saya, adalah mengantisipasi situasi global dalam beberapa bulan ke depan.

Ini tidak perlu dijadikan program.

 

Kalau global memburuk dalam beberapa bulan ke depan, mau tidak mau harus antisipasi seperti itu. Implikasinya seperti apa? Berarti promosinya harus lebih gencar.

Mungkin juga kita harus bicara dengan institusi-institusi di sini. Mungkin juga instrumen-instrumennya harus lebih agresif.

 

Namun, ini sebetulnya bukan bagian dari program 100 hari,  tetapi situasi globalnya membuat itu adalah challenge jangka pendeknya. Mudah-mudahan itu tidak terjadi. Tapi gejala ini sekarang kelihatan. (ra)

 

 

 

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...