Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

KERJASAMA RI-RUSIA: Indonesia Harus Ambil Peluang Ekonomi

Recommended Posts

ST PETERSBURG: Duta Besar Indonesia untuk Federasi Rusia dan Republik Belarusia Djauhari Oratmangun menegaskan Indonesia harus mengambil kesempatan dalam visi ekonomi baru Rusia yang diungkapkan Presiden Vladimir Putin dalam St. Petersburg International Economic Forum.

 

Menurut Djauhari, Rusia yang selama ini lebih menyandarkan diri pada industri migas kini secara agresif melirik partner lokal dari negara-negara di Asia Pasifik dalam industri perbankan, farmasi, dan teknologi informasi.

 

“Rusia kini menegaskan visi mereka untuk membuka pasar dalam negeri bagi negara-negara di Asia Pasifik sebagai mitra bisnis mereka secara aktif sebagai landasan baru ekonomi mereka yang selama ini lebih banyak bersandar pada sektor migas,” ujarnya  Kamis (21/6/2012).

 

Senada dengan Djauhari, pada kesempatan terpisah Alexander Mikoyan, bos Hewlett Packard Rusia menyambut arah ekonomi baru Rusia yang mulai menyadari peran penting industri IT untuk mendukung ekonomi.

 

Hal serupa dinyatakan Uwe Kumm, mitra penyelia bari Rusia, negara-negara pecahan Uni Soviet (CIS) dan negara-negara Baltik untuk Roland Berger Strategy Consulting yang melihat keinginan Putin dalam memajukan Rusia di sektor iklim industri. 

 

Sejak Maret lalu pasar saham Rusia memberuang sebagai efek kejatuhan harga minyak yang menyebabkan investor menarik dana mereka. Akibat aksi tarik modal tersebut rasio pasar modal Rusia kini bahkan 16% lebih rendah dibandingkan Yunani.

 

Dalam laporan Kementerian Pembangunan Ekonomi Rusia yang dirilis April lalu, pemerintah Beruang Merah kini berusaha keras mengatasi defisit anggaran di luar sektor minyak yang bergerak ke angka 1%. 

 

Alhasil, Rusia kini sangat membutuhkan investor baru dari luar negeri terutama yang bergerak di luar bisnis migas untuk menyeimbangkan keberagaman ekspor mereka yang selama ini terlampau bersandar pada bisnis jual beli migas.

 

Sejak lima tahun terakhir Rusia menikmati tren harga minyak dunia yang melonjak dari hanya US$40 per barrel menjadi US$115 per barrel. Meski menikmati pendapatan besar dari minyak, Rusia oleh Bank Dunia dinilai lemah dalam penyediaan infrastruktur logistik di antara negara blok ekonomi BRIC (Brasil, Rusia, India dan China).

 

Menurut Ivan Tchakarov, kepala ekonomi Renaissance Capital saat ini Rusia membutuhkan lebih banyak investasi di sektor yang lebih beragam terutama di sektor infrastruktur. “Untuk mengejar pertumbuhan dalam jangka menengah dan panjang, butuh lebih banyak investasi untuk mengembangkan jalanan dan sistem transportasi yang baik.”

 

Philippe Pegorier, bos Alstom, perusahaan transportasi dan migas Prancis di Rusia menyatakan peningkatan dan modernisasi infrastruktur sudah cukup menjadi penegasan bahwa Rusia mempersiapkan dan menyambut masuknya investor baru ke ke negeri tersebut.

 

Alstom dalam konsorsium TransMashHolding (TMH) diketahui mendapat proyek modernisasi angkutan trem sepanjang 150 kilometer di Moskow senilai US$329 juta. Proyek yang dimulai tahun ini hingga 2014 ini membuat TMH berencana mendirikan pabrik baru di St Petersburg setelah memiliki pabrik pertama di Moskow.

 

Pada kesempatan berbeda, Boris Titov kepala asosiasi UKM Rusia menyatakan butuh langkah-langkah nyata dari pemerintah untuk membuat birokrasi bisnis lebih ringkas dan tanggap terhadap investasi salah satunya sistem bea cukai.

 

“Dalam waktu dekat parlemen Rusia akan melakukan perubahan radikal yang membuat sistem bea cukai jauh lebih sigap. Mungkin lebih cepat 30 menit dibandingkan saat ini. Ini sudah kemajuan yang berarti,” tuturnya.

 

Sistem teknologi informasi bea cukai terbaru yang lebih cepat milik Rusia tersebut diketahui dikembangkan perusahaan Skolkovo yang melibatkan 21 perusahaan IT di dalam negeri.

 

Sektor bea cukai memang menjadi salah satu fokus Rusia karena Bank Dunia menilai negara tersebut cukup rendah. Dalam survei negara-negara dengan kemudahaan investasi tahun lalu, Rusia hanya ada di urutan ke 123.

 

Meski demikian dalam 20 tahun terakhir, ekonomi Rusia berada di posisi ke 41 diantara 43 negara-negara Eropa yang berarti kondisi ekonomi Beruang Merah dinilai sangat stabil untuk melakukan reformasi bisnis selanjutnya.

 

 Boris Titov memuji arah ekonomi baru yang ditegaskan Presiden Putin untuk mengembangkan ekonomi di luar sektor bisnis migas. “Sektor swasta punya potensi besar terutama UKM. Dulu kita memang tertolong oleh industri migas, kini Rusia harus bergerak lebih dinamis.”

 

Pada sisi lain, Rusia pada ajang St. Petersburg International Economic Forum yang berakhir Sabtu (23/6/’12) tengah menanti penandatanganan kontrak kerjasama ekpor gas antara Gazprom dengan pemerintah China. Satu hal yang masih terus mengganjal adalah berapa harga transportasi gas yang dipastikan melejit tinggi.

 

Maklum, kedua negara masih mencoba untuk mengalihkan jalur pipa untuk tidak melalui Mongolia atau Kazakhstan. Gazprom cenderung mengambil jalur memutari Mongolia dar ladang Kovyktinskove menuju Singbao di Timur Laut China atau melalui Republik Altai Rusia menuju Junggar, China.

 

Perubahan jalur pipa ini memang cukup memusingkan karena jalur pertama yang menembus dataran tinggi Ukok yang menjadi daerah pelestarian alam Unesco marak diprotes aktivis pecinta lingkungan.

 

Harga transportasi ini menurut  Vyacheslav Bunkov, analis bank investasi Aton menjadi ganjalan terbesar proyek ini. “Saya punya perasaan kesepakatan besar tidak akan diambil kedua pihak pada forum kali ini.”

 

Hanya saja, lanjutnya, Gazprom kini dibelit persoalan penurunan konsumen gas dari Eropa akibat krisis. Tanpa pembeli baru yaitu China, kas Gazprom akan tergerus. Sementara China harus mengamankan pasokan gas mereka akibat sengketa di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan.

 

China harus bersiap dengan kemungkinan terburuk akibat konfrontasi dengan Filipina yang didukung Amerika Serikat. Demi meningkatkan efek tekan, Paman Sam diketahui telah mengirim Menhan Leon Panetta ke Vietnam untuk mencari akses bagi kapal perang mereka di Teluk Cam Ranh. (bas)(Foto: kemlu.go.id)

 

ARTIKEL MENARIK LAINNYA >>>

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...