UMP Kalteng 2026 Naik 6,12 Persen Jadi Rp3,68 Juta

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: Corbis)

 

 

 

NEW YORK - Harga minyak dunia anjlok lebih dari tiga persen, dan mencatat level terendah dalam satu setengah tahun. Data menunjukkan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik secara tak terduga, dan investor kecewa atas pernyataan the Federal Reserve.Minyak, ekuitas dan aset berisiko lainnya begerak fluktuatif, setelah pernyataan the Fed yang menyatakan tidak adanya langkah-langkah pelonggaran lebih agresif, dan memperpanjang Twist Operation, sebuah kebijakan untuk menekan biaya pinjaman dengan menjual obligasi jangka pendek, dan membeli obligasi jangka panjang.

 

Minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman Agustus ditutup turun USD3,07 menjadi USD92,69 per barel. Level terendah sejak 17 Desember 2010. Sedangkan minyak mentah AS, west Texas Intermediate, untuk pengiriman Juli turun USD2,23 menjadi USD81,80 per barel. Dengan level terendahnya pada USD80,91 per barel, terendah sejak 6 Oktober.

 

"Beberapa pelaku pasar mengharapkan pelonggaran kuantitatif putaran ketiga (QE3), dan akan kecewa lagi. Stimulus diumumkan hari ini sangat sederhana," kata ekonom Prestige, Jason Schenker, seperti dilansir dari Reuters, Kamis (21/6/2012).

 

Melemahnya permintaan, dan meningkatnya persediaan minyak mentah di tingkat tertinggi sejak 1990 juga menekan harga minyak mentah. Stok minyak mentah AS naik 2,86 juta barel. Padahal, US Energy Information Administration memperkirakan stok minyak mentah diprediksi turun 1,1 juta.  Volume Brent melesat 42 persen, dan minyak mentah AS naik 34 persen di atas rata-rata 30 hari perdagangan.

 

Stok minyak mentah di titik pengiriman AS di Cushing, Oklahoma, naik 360.000 barel. Tekanan juga datang karena laporan menunjukkan persediaan minyak sulingan dan bensin naik lebih tinggi dari yang diharapkan.

 

"Ini pasti karena investor melihat ke depan, dan melihat bahwa situasi di Eropa tidak akan bisa lebih baik, sementara prospek permintaan di AS yang minim dan China yang juga melambat," kata analis GFT global, David Morrison. (mrt)

 

 

 

Sumber