Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

INDUSTRI KEHUTANAN: Biaya produksi tinggi

Recommended Posts

JAKARTA: Pengusaha kayu yang memiliki konsesi hak penguasaan hutan (HPH) mengeluhkan biaya produksi kayu alam tinggi, sedangkan harga di pasar relatif rendah, sehingga mereka menghentikan produksi.

 

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi mengatakan realisasi produksi kayu alam sangat rendah yaitu Janauri-Mei 2012 hanya 600.000 m3 atau 6,7% dari target 9 juta m3.

 

Menurutnya, tren produksi kayu alam akan semakin turun. Realisasi produksi kayu alam tahun lalu sekitar 5 juta m3.

 

"Ini pilihan di HPH [hak penguasaan hutan], mau menebang kayu dan harga kayu masih rendah, ini bukan pilihan kita untuk berbisnis. Itu salah satu penyebab utama," ujarnya di sela acara Review Status Penangan Perubahan Iklim Bidang Kehutanan di Indonesia, hari ini.

 

Dia menuturkan pengurangan produksi kayu alam itu dikhawatirkan akan menyebabkan pasokan di pasar akan berkurang. "Dari tahun ke tahun, produksi kayu terus turun. Selama dua tahun terakhir, produksi turun 50%."

 

Data Kementerian Kehutanan mencatat jumlah pemegang konsesi HPH sekitar 290 unit, tetapi hanya sekitar 130 pemilik HPH yang aktif. Dari pengusaha HPH yang aktif itu, katanya, tidak seluruhnya memproduksi atau menebang kayu, kendati telah memiliki rencana karya tahunan (KRT). "Sebab, mereka tengah wait and see terhadap kenaikan harga kayu. Selain itu, sebagian besar lokasi konsesi HPH terpencil sehingga biaya transportasi sangat tinggi."

 

Sebagai contoh, harga kayu alam jenis meranti hanya US$150 per meter kubik. Purwadi menilai harga tersebut belum mengalami perubahan selama dua tahun terakhir.

 

Faktor harga dan biaya produksi itu yang membuat produksi kayu alam rendah dan sulit mencapai target. "Sudah sampai pertengahan tahun, tetapi produksi belum sampai 10%."

 

Dia mengkhawatirkan produksi turun itu akan berdampak negatif terhadap industri hilir yang berbahan baku kayu seperti plywood, kayu gergajian, dan mebel.

 

Menurutnya, kapasitas terpakai industri kayu nasional saat ini hanya 30% dari total kapasitas terpasang. Misalnya, produksi plywood tahun ini hanya 3 juta meter kubik.

 

Harga kayu gergajian di luar negeri US$1.500 per m3, tetapi harga di dalam negeri hanya US$600 per m3. Dia mengharapkan kayu gergajian itu dapat diekspor. Sayangnya, ekspor kayu gelondongan dan gergajian masih dilarang.

 

Sementara itu, APHI juga sedang berupaya agar pemerintah mempertimbangkan kembali rencana kenaikan harga patokan kayu, karena akan membuat biaya produksi semakin membengkak. "Kami keberatan karena harga patokan tidak mencerminkan harga pasar."

 

Kenaikan tersebut, katanya, dipastikan  akan berdampak pada besaran pembayaran provisi sumber daya hutan (PSDH) sebesar 10% untuk kayu dari  hutan alam dan 5%  untuk kayu dari hutan tanaman.

 

Menteri perdagangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan 13/2012 tentang Penetapan Harga Patokan Hasil Hutan untuk penghitungan PSDH pada 6 Maret 2012. Menurut ketentuan tersebut, harga patokan hasil  hutan naik tajam dibandingkan harga patokan lama.

 

Misalnya, harga patokan kayu bulat kelompok meranti di Sumatera,  Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku yang ditetapkan Rp1,2 juta per meter  kubik atau naik 111,7% dari harga patokan lama Rp600.000 per meter kubik.

 

Jumlah pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam  (IUPHHK-HA) atau HPH saat ini  293 unit seluas 23,24 juta hektare (ha).  Jumlah tersebut turun tajam dibandingkan jumlah HPH pada 1992 yang  mencapai 580 unit seluas 61,38 juta ha.(msb)

 

ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

 

 

KATEGORI ARTIKEL LAINNYA:

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...