Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

KAFE BISNIS: Euro 2012 versus Ambivalensi Penguasa

Recommended Posts

Mulai Jumat, 8 Juni malam waktu Indonesia, penggemar sepak bola bersiap tidak tidur. Tentu Anda tahu, sejak Jumat malam itu Piala Eropa atau Euro 2012 dimulai di Polandia, dan akan berlanjut ke Ukraina hingga babak final sampai awal Juli nanti.

 

Bolehlah jeda sebentar dari gegap gempita krisis utang Eropa, kejutan harga saham dan polemik batubara. Mari berpaling ke bola, apalagi pertandingan pembuka dimainkan oleh tuan rumah melawan biang kerok krisis: Yunani.

 

Maka dalam lebih dari tiga pekan ke depan, bola akan menjadi penghipnotis yang tidak kalah dahsyat dari Uya-Kuya.

 

Apalagi dari sisi bisnis, Euro 2012 juga tak kalah dahsyat. Menurut laporan Associated Press yang mengutip estimasi dari UEFA atau Asosiasi Sepakbola Uni Eropa, Euro 2012 akan menyumbang kocek sedikitnya US$1,6 miliar dari berbagai sumber termasuk tiket, lisensi dan sponsorship.

 

Angka yang masuk akal, mengingat gawe bola yang membuat banyak orang meriang lantaran kurang tidur itu akan mempertandingkan 31 partai yang melibatkan 16 negara.

 

Tentu tidak hanya pendapatan tiket untuk menonton langsung, UEFA juga mengantongi pendapatan lisensi siaran televisi, yang diperkirakan akan melibatkan rata-rata 150 juta penonton dari seluruh dunia pada setiap pertandingan. Bahkan siaran langsung babak final diperkirakan akan disaksikan oleh sekitar 240 juta penonton.

 

Bagi Polandia dan Ukraina, dua negara yang di era perang dingin termasuk dalam kelompok "Blok Timur", gawe Euro 2012 juga menjadi catatan gengsi tersendiri.

 

Paling tidak, gawe itu akan membuat sibuk sejumlah kota di Polandia (Warsawa, Gdansk, Poznan, Wroclaw, Chorzow dan Krakow), selain empat kota di Ukraina yakni Kiev, Lviv, Dnipropetrovsk dan Donetsk.

 

Stadion Olimpiade Kiev, yang menjadi ajang final sepakbola pada Olimpiade 1980 Moskow, disiapkan sebagai tempat pertandigan final Euro 2012, yang tentu akan kembali mengukir sejarah.

 

Kombinasi berbagai alasan dan tujuan --psikologis, gengsi, politis dan bisnis-- itulah kira-kira yang menjelaskan, mengapa sepakbola selalu menarik dan kadang liar!

 

***

 

Bisnis besar itulah sesungguhnya yang selalu menjadi hulu sekaligus muara dari setiap persoalan maju mundurnya sepakbola. Apalagi jika menoleh ke Indonesia.

 

Sayangnya, di Indonesia, banyak pihak tergiur bisnis besar tetapi gagal mengelola model bisnis sepak bola yang benar, sehingga membuat industri sepakbola di sini, kalau saya boleh menyebutnya sebagai industri, terseok-seok dan kehilangan daya saing.

 

Anda tentu paham pertarungan banyak kubu, terutama dua kubu pengusaha besar, di balik kisruh PSSI --asosiasi sepakbola Indonesia-- yang sayangnya dibiarkan semakin tak berdaya oleh negara dengan berbagai alasan.

 

Kalau boleh menyebut bola sebagai simbol bagaimana negara dikelola, maka menjadi masuk akal kalau Indonesia selalu tertinggal dan layak menjadi pecundang dalam urusan si kulit bundar itu.

 

Bagaimana tidak. Ketika bola menjadi alat untuk berbagai kepentingan dan bercampur aduk dengan berbagai kepentingan, termasuk politik, maka lahirlah malapetaka.

 

Jika kemudian banyak berseliweran gosip tentang mafia pertandingan, mafia wasit,  dan mafia pemain pun menjadi lumrah terdengar. Buntutnya, prestasi sepakbola pada khususnya dan olahraga pada umumnya menjadi orientasi paling belakang.

 

***

 

Maka, ajang Euro 2012 bisa menjadi pintu katarsis untuk melupakan sejenak berbagai keruwetan agar kening kepala Anda tidak terus menerus berkerut.

 

Nikmati saja dulu ajang Euro 2012, daripada terus menerus pusing karena net assets value reksadana Anda anjlok, atau nilai portofolio perusahaan yang Anda pegang terus merosot karena harga saham yang jeblok.

 

Lupakan pula sejenak ribut dan polemik antara pemilik konsesi bisnis batubara soal aturan bea keluar, pajak ekspor atau apapun yang selalu menjadi ajang lobi tingkat tinggi.

 

Lupakan juga 'perseteruan' antarsejumlah menteri ihwal kebijakan batubara karena mereka memiliki latar belakang pemikiran dan 'interest' yang berbeda-beda pula.

 

Lupakanlah pula wacana soal kebijakan penghematan energi yang langsung menjadi 'kebijakan yang sia-sia' begitu diumumkan oleh Kepala Negara; karena memang tidak ada 'ilmu' yang bisa menjelaskan bagaimana pemerintah bisa melaksanakannya.

 

Paling tidak, lupakan sejenak risiko subsidi bensin dan listrik yang diperkirakan bakal membengkak menjadi Rp300 triliun sampai Desember tahun ini, karena ketiadaan aksi yang tegas dari para elite yang menjadi penguasa negara untuk mengambil kebijakan yang tepat tanpa penuh keraguan tanpa kompromi politik, apalagi demi populisme murahan.

 

***

 

Namun, jangan keterusan terhipnotis Euro 2012 hingga terlena. Jangan lupakan, setelah Euro 2012 banyak pekerjaan rumah yang masih menggunung di depan kita untuk lari semakin kencang agar tidak semakin tertinggal.

 

Bukan hanya dalam urusan sepakbola, tapi dalam banyak urusan lainnya, termasuk membangun peradaban Indonesia melalui pembangunan ekonomi yang lebih terencana dan terukur.

 

Maka untuk yang terakhir itu, izinkan saya merujuk masterplan percepatan dan perluasan  pembangunan ekonomi Indonesia, yang terkenal dengan sebutan MP3EI, yang dibanggakan sekali dengan prinsip "not business as usual".

 

Sayangnya, banyak urusan yang kemudian berjalan sebagai "business as usual" justru setelah MP3EI diluncurkan tahun lalu. Bukan saja urusan diselesaikan seperti sediakala, tetapi banyak hal malah ala kadarnya.

 

Untuk memberi contoh, tidak hanya soal infrastruktur yang terbengkalai. Di luar itu, justru prihatin melihat kebijakan energi yang compang-camping.

 

Izinkan saya merujuk polemik batubara yang meruncing beberapa pekan terakhir. Urusan batubara itu menjadi contoh yang tak hanya menarik, melainkan juga berbau agak tengik.

 

Bagaimana mungkin pemerintah yang mengemban amanat konstitusi untuk menjaga kekayaan atas bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya, begitu mudah tunduk pada tekanan para petualang pemburu rente dan kelompoknya?

 

'Pesta' baru saja digelar oleh para pemegang konsesi batubara ketika pemerintah ternyata menetapkan royalti yang begitu murah, cuma 20%.

 

Amat mengejutkan pula ketika beberapa menteri seperti ketakutan untuk mengatur bisnis batubara yang seharusnya tidak diobral hari ini dan sebaliknya dikelola hati-hati demi kepentingan jangka panjang Indonesia?

 

Maka tidak heran jika muncul tuduhan pemerintah begitu ambivalen saat mengumumkan kebijakan hemat energi sekaligus mendorong konversi energi, tetapi loyo menghadapi mafia batubara?

 

Tidak hanya ambivalen, tetapi pemihakan beberapan pejabat pemerintah kepada mafia batubara terkesan kontradiktif dengan tuntutan energy policy jangka panjang serta kebijakan pengelolaan aset yang berkelanjutan.

 

"Kalau saya presiden, saya justru akan tetapkan royalti batubara lebih dari 50% dan pajak ekspor batubara sebesar-besarnya," begitu obrolan yang saya dengar saat duduk di sudut bangku saat menghadiri penandatanganan kerjasama Garuda Indonesia dengan Bombardier Inc Jumat pagi kemarin.

 

Saya sepakat dengan pernyataan tersebut, karena 'hak' untuk mendapatkan pengembalian aset seharusnya lebih besar kepada negara, apalagi untuk kekayaan alam yang mudah diperoleh dengan eksploitasi yang 'murah' pula.

 

Sayangnya, kita menyaksikan ambivalensi itu. Maka tak heran, jika pembuatan kebijakan selalu mandul, semandul saat menghadapi polemik subsidi bahan bakar minyak atau BBM beberapa waktu lalu karena perkawinan kepentingan bisnis dan politik yang kental di dalamnya. Buntutnya, lima langkah kebijakan hemat energi yang baru saja diumumkan Kepala Negara lalu menjadi sia-sia.

 

Eitt, jangan keburu berkerut kening lagi. Saksikan  saja Euro 2012, untuk berlupa sejenak urusan berat yang menyita sia-sia waktu Anda itu.

 

Dan saya berani jamin, nonton Euro 2012 tak akan menyia-nyiakan waktu Anda! Bagaimana menurut Anda? (arief.budisusilo@bisnis.co.id)

 

 

 

ARTIKEL LAINNYA:

 

SITE MAP:

 

 

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...