KKP Setor PNBP Rp775 M, Disokong Izin Pemanfaatan Ruang Laut

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: Okezone)

 

 

 

JAKARTA - Pembangunan kilang minyak mendesak untuk dilaksanakan. Pasalnya, kilang ini memiliki dampak yang vital bagi energi nasional."Pembangunan kilang baru akan berdampak besar pada neraca perdagangan, ketersediaan devisa dan stabilitas makroekonomi," kata Direktur Eksekutif  ReforMiner Institute Pri Agung Rahmanto, Rabu (6/6/2012).

 

“Saat ini sekira 60 persen konsumsi energi final nasional adalah BBM, sementara 30 persen konsumsi BBM nasional dipenuhi dari impor," ungkap Pri Agung.

 

Bila tidak dibangun kilang baru, maka konsumsi BBM melalui jalur impor ini akan semakin naik. Pada 2012 produksi minyak existing diperkirakan mencapai 40,60 juta kiloliter (kl) tetapi pemerintah harus tetap mengimpor 16,50 juta kl akibat permintaan domestik yang mencapai 57,10 juta kl.

 

Ketika impor terus terjadi, maka hal ini akan memiliki pengaruh signifikan pada defisit di neraca perdagangan. "Hal ini sudah terjadi di kuartal I-2012 ini, di mana neraca perdagangan untuk migas mengalami defisit hingga USD849 juta akibat impor yang lebih banyak dari ekspor," ungkap Pri agung.

 

“Insentif pembangunan kilang bisa menjadi salah satu cara agar investor mau turut andil dalam pembangunan ini,” tambah Pri agung.

 

Program tersebut sudah dilakukan di beberapa negara seperti Thailand, yang memberikan pembebasan bea impor untuk mesin dan komponen kilang. Negara tersebut juga diberikan pengurangan pajak badan hingga 50 persen, selama dua sampai lima tahun masa tax holiday.

 

Sementara di Brasil pemerintahnya memberikan fasilitas bunga pinjaman rendah pada para investor. Bukan hanya itu, pemerintah juga melakukan pengurangan pajak penghasilan sebesar 75 persen dari yang harus dibayarkan selama 10 tahun. (wdi)

 

 

 

Sumber