Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Tragedi Horor di Pasar Saham

Recommended Posts

pkVrZMySW8.jpgIlustrasi. (Foto: Corbis)

 

 

 

NEW YORK - Bagi sebagian orang di Amerika Serikat (AS), musim panas selalu dinantikan. Musim panas cenderung menyenangkan, karena merupakan saat dimana libur sekolah dimulai. Namun tidak demikian dengan para investor di pasar saham.  

Investor di pasar saham cenderung menanti dengan bimbang saat musim panas ini. Pasalnya, mereka dibayangi ketakutan akan adanya penjualan besar-besaran, seperi saat musim panas. Tragedi itu telah memporak-porandakan ekonomi AS dan kembali mengalami resesi.

 

Jatuhnya pasar saham saat musim panas ini sudah terjadi dua kali. Pelaku pasar pun menganalogikan fenomena ini bak film horor yang menakutkan.

 

"Dalam dua musim panas terakhir, indeks saham seperti paku terakir pada peti mati. Semua ketakutan akan penurunan signifikan. Kami percaya ekspektasi ketakutan pasar akan meningkatkan dalam musim panas ini," ungkap Head of U.S. Equity Portfolio Strategy at Barclays, Barry Knapp, seperti dilansir dari CNBC.com, Senin (4/6/2012).

 

Perdagangan yang terjadi di pasar saham, telah mencatatkan penurunan hingga 10 persen dari level tertinggi tahunan. Para analis memperkirakan fluktuasi perdagangan akan terus terjadi setelah data pekerja AS pada Mei mensinyalkan adanya pelambatan. Pasalnya, data menunjukkan hanya 69 ribu lapangan kerja tercipta. Kondisi ini menimbulkan spekulasi bahwa The Gederal Reserve (The Fed) akan kembali menerapkan stimulus fiskal (Quantitative Easing/QE) tahap III.

 

Fokus investor pada minggu ini pun beralih pada The Fed, setelah pernyataan dari Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Ben Bernanke sebelum mengadakan Joint Economic Committee. Menanggapi pernyataan Bernake, Chief economist Mesirow Financial, Diane Swonk, yakin ekonomi AS saat ini sedang berjuang mengatasi kesulitan. "Saya mulai takut akan datangnya musim panas," kata dia.

 

"Saya ingat, ketika saya masih kecil saya sangat menyukai musim panas. Namun, dalam lima tahun terakhir ini, musim panas menjadi saat di mana semua orang berantakan, dan kami telah masuk ke dalam pola tersebut, padahal selama tiga tahun belakangan kami mulai optimistis perekonomian akan kembali membaik. Namun semuanya berantakan sekarang," tutur dia.

 

Bursa AS pada akhir pekan lalu mengalami aksi jual, yang membuat indeks di Wall Street membuat memulai awal Juni sebagai bulan paling buruk sepanjang dekade, dengan penurunan pada indeks Dow Jones 2,2 persen dan indeks S&P merosot 2,5 persen. Para pedangang pun mulai bertanya akankah tahun ini dapat seperti dua tahun belakangan. Kala itu, indeks berhasil menguat pada musim semi, setelah turun pada musim panas. Pasalnya, untuk minggu ini, indeks Dow jones sudah merosot 2,7 persen ke 12.118 dan indeks S&P500 anjlok tiga persen ke 1.278, sedangkan indeks Nasdaq merosot 3,2 persen ke 2.747.

 

Barry Knapp menambahkan, pasar saham akan bekerja keras pada musim panas ini, dengan indeks S&P akan mencoba bertahan di level 1.200. Meskipun, dia tidak mengharapkan adanya resesi.

 

"Kita akan mengalami kekhawatiran akan menurunnya pertumbuhan global, dan akan membutuhkan respons kebijakan yang amat besar untuk dapat merubah mood pasar, namun ini tidak akan terjadi minggu depan," katanya.

 

"Saya pikir untuk seminggu ke depan, pasar akan diwarnai dengan rumor kebijakan untuk melakukan intervensi," tambah dia.

 

Senada dengan Knapp, Diane Swonk juga mengungkapkan belum nyatanya kebijakan yang akan diambil. "Kita ingin melihat sebuah perubahan yang cepat dan besar, dan saya tidak yakin kita akan melihat sebuah perubahan tersebut sampai akhir tahun ini," ungkapnya.

 

"Saya tidak yakin The Fed akan menerbitkan QE III. Saya pikir The Fed tidak yakin seberapa besar mereka dapat melakukan perubahan ini, karena Eropa menjadi sentimen yang terbesar di sini. Anda menempatkan Eropa di tengah kekhawatiran ini, karenanya tenaga kerja tidak banyak, dan orang-orang berhenti mempekerjakan," urainya.

 

Knapp menambahkan, dia tidak berharap The Fed akan melakukan stimulus tersebut pada 19-20 Juni mendatang, namun semua bisa dilakukan belakangn. Mengingat, saham telah merosot 15-20 persen sebelum The Fed mengeluarkan kebijakan tersebut. Masalahnya, spread kredit telah melebar setengah dari 2010 lalu, dan 3/4 lebih besar dari tahun lalu. "Anda bahkan belum mempunyai pengetatan fiskal yang cukup, untuk meyakinkan The Fed guna melakukan stimulus.

 

Menurutnya, salah satu sentimen positif yang mampu mengangkat pasar, adalah ketika pemilihan umum mulai menjadi jelas. Apalagi, jika pemimpin partai republik, Willard Mitt Romney, mulai memimpin. "Sejujurnya, saya berfikir The Fed akan melakukan respon untuk merubah pasar," tukas dia.

 

 

(mrt)

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...