IMPOR GULA: Distribusi raw sugar baru capai 40%

Parno · Juni 3, 2012

JAKARTA: Distribusi gula kristal putih eks impor raw sugar ke sejumlah daerah nonprodusen gula baru mencapai 40% dari realisasi impor PT Perusahaan Perdagangan Indonesia sebanyak 182.000 ton tahun ini.

Gula konsumsi sebanyak 72.800 ton itu telah didistribusikan ke kawasan timur Indonesia (KTI) dan daerah nonprodusen gula lainnya, seperti Pekanbaru, Riau.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Gunaryo menyampaikan hingga awal Juni ini, pengolahan masih dilakukan karena proses pemasukan gula kasar itu sempat terganjal karena tertahan di sejumlah pelabuhan.

“Kami akan upayakan segera (didistribusikan) karena 3 minggu tidak bergerak. Ini akan kami rapatkan kembali,” ujarnya, akhir pekan lalu.

Meskipun demikian, Gunaryo belum dapat memastikan proses distribusi selesai dalam waktu berapa lama. Pihaknya hanya berjanji akan terus membahas dan mengevaluasi pemenuhan kebutuhan gula di KTI.

Semula pemerintah menetapkan proses pengolahan dan distribusi raw sugar berhenti pada 31 Mei bersamaan dengan awal musim giling tebu rakyat.

Penghentian itu bertujuan agar tidak mengganggu gula kristal putih hasil olahan tebu rakyat yang diperkirakan mulai masuk ke pasar pada pekan ketiga Juni.

Namun, pengolahan raw sugar yang semula lancar pada awal Mei mendadak terhambat karena sebagian yang diimpor PT PPI ditahan Ditjen Bea dan Cukai di Pelabuhan Ciwandan Banten, Cilacap dan Makassar.

PT PPI hingga 30 April hanya merealisasikan 182.000 ton raw sugar atau 75,83% dari kuota yang diberikan pemerintah sebanyak 240.000 ton.

Pemerintah, kata Gunaryo, tidak akan memberikan sanksi terhadap PT PPI dengan alasan hambatan terjadi pada proses distribusi di dalam negeri, bukan pada proses importasi.

“Target [distribusi selesai 31 Mei] tidak apa-apa, tapi kan sudah di rumah sendiri. Jangan sampai kalangan pelaku usaha dipersulit, seperti [raw sugar] masih berada di luar negeri,” ujarnya.

Sementara, Direktur Utama PT PPI Heinrich Napitupulu enggan memberikan keterangan. Hingga berita ini diturunkan, telepon maupun pesan singkat yang dikirim Bisnis, belum direspons.

Namun, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Natsir Mansyur menyampaikan seluruh hasil olahan raw sugar seharusnya sudah masuk ke pasar, sehingga dapat mengimbangi harga gula di KTI yang saat ini berkisar Rp12.000-13.000 per kg saat ini.

Dia juga mengingatkan impor raw sugar sebanyak 182.000 ton sebenarnya tidak akan cukup memenuhi kebutuhan gula konsumsi di KTI yang mencapai 400.000 ton per tahun.

Sulawesi Selatan misalnya, membutuhkan gula konsumsi 120.000 ton per tahun. Belum lagi Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Maluku dan Papua, dengan kebutuhan masing-masing rata-rata 50.000 ton per tahun.

“KTI itu sangat luas. Demand-nya juga banyak, tapi supply-nya sedikit. Tidak ada cara lain selain mengandalkan produksi gula dalam negeri,” katanya.

Namun, pihaknya produksi gula dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan KTI dalam waktu dekat, mengingat pengolahan tebu rakyat dilakukan bertahap selama periode musim giling yang jatuh Mei-November. Sebagian besar hasil produksi dalam negeri itu pun digunakan untuk memenuhi kebutuhan Pulau Jawa. (ea)

BACA JUGA:

* PREDIKSI INDEKS: Ini dia faktor-faktor yang perlu dicermati

* REKOMENDASI SAHAM: Ada apa dengan saham tambang?

* PIALA EROPA: Kenapa Portugal keok melawan Turki?

* INDONESIAN IDOL 2012: IniLAH alasan kenapa Sean layak diselamatkan

* RIBUT WAIDI: Legenda PSIS Semarang & pahlawan Sea Games 1987 itu berpulang

* KINERJA INDUSTRI ELEKTRONIK: Setelah Maret naik, penjualan April turun lagi

* APARTEMEN SUDIRMAN SUITES: Mau tau berapa harga kamar termurahnya?

* MONOPOLI GULA: Nah lo Wilmar kena denda Rp25 miliar!

* SIHIR MESSI: Sihir Lionel Messi yang absen di Piala Dunia bersama Argentina telah kembali

Sumber