Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Parno

BADAK JAWA—APP sumbang Rp3 miliar untuk konservasi

Recommended Posts

JAKARTA: Asia Pulp and Paper (APP) menyiapkan dana Rp3 miliar untuk mendukung konservasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Pengembangan areal konservasi dan rehabilitasi TNUK diharapkan membantu melestarikan populasi Badak Jawa yang hampir punah.

 

Managing Director APP  Hendra Gunawan mengungkapkan pihaknya akan fokus menjamin perlindungan populasi, rehabilitasi habitat, serta menjaga harmonisasi kehidupan satwa dengan masyarakat yang tinggal di sekitar TNUK.

 

Selain itu, seru Hendra,  APP akan membidani unit patroli taman nasional Ujung Kulon yang bertugas memperkuat pengamanan hutan serta mendukung pemantauan populasi Badak Jawa melalui instalasi perangkat perangkap kamera. 

 

“Konservasi dan pelestarian satwa liar dan keanekaragaman hayati harus sejalan dengan pengembangan masyarakat,” ungkapnya hari ini pada penandatanganan kerja sama program aksi konservasi badak Indonesia.

 

Pemerintah berencana menetapkan 5 Juni sebagai hari Badak Internasional. Konservasi TNUK merupakan langkah awal dalam upaya mengampanyekan kelestarian populasi Badak Jawa. TNUK merupakan salah satu populasi Badak Jawa terakhir dengan kawasan habitas seluas 122.451 hektar.

 

Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Darori mengungkapkan perburuan yang berlangsung selama ratusan tahun pada era kolonial telah menjadi penyebab utama menurunnya populasi badak secara dramatis. Hingga satu dekade lalu, perburuan ilegal terhadap tanduk badak yang berharga dan langka dari satwa yang unik ini terus berlanjut diakibatkan kemiskinan di wilayah pedalaman Indonesia.

 

Padahal, imbuh Darori, Badak Jawa pernah menjadi salah satu Badak Asia yang paling luas tersebar di sejumlah hutan alam dengan populasi tersebar di Indonesia, India, Myanmar, Thailand, hingga Peninsula Malaysia.

 

Menurut Darori, degradasi kawasan habitat terus mengancam Badak Jawa yang tersisa di Indonesia. Hingga kini, Badak Jawa yang tinggal di TNUK tersisa 50 ekor dan kemungkinan merupakan yang terakhir di seluruh dunia. 

 

“Ironisnya lagi, saat ini belum ada Badak Jawa yang hidup di penangkaran,” ungkapnya.

 

Darori berharap kemitraan pemerintah dengan perusahaan di sektor kehutanan akan membantu meningkatkan perlindungan bagi populasi badak yang ada dan mempercepat pengelolaan taman nasional dan hutan konservasi seluas 26,82 juta hektar. Investasi hutan alam ditargetkan berkontribusi hingga Rp 25 juta per hektar.

 

Darori menilai kehadiran investor akan membantu minimnya anggaran pemerintah untuk konservasi dan perlindungan hutan sebesar Rp1,6 triliun. Dia menilai anggaran itu belum sepadan untuk menggarap bisnis pengelolaan wisata hutan alam.

 

Menurut Darori, realisasi pemberian Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) belum maksimal. Sepanjang tahun lalu, kontribusi pengelolaan taman nasional dan hutan konservasi untuk penerimaan negara baru mencapai  Rp 15,2 miliar. Hingga kini, Kemenhut baru memberikan 25 izin IPPA.

 

“Banyak proposal yang sudah masuk. Kami sedang memproses 40 pemohon izin IPPA, ke depan ditargetkan lebih banyak lagi” katanya.

 

Kemenhut menargetkan pengelolaan taman nasional dan hutan konservasi  dapat menyumbang minimal Rp 300 miliar bagi pendapatan negara dalam lima tahun ke depan. Kemenhut akan merevisi ketentuan iuran pemegang IPPA guna menggairahkan kehadiran investor.

 

Tahun ini, investor akan diundang mengelola 50 taman nasional dan 120 taman wisata alam. Peluang investai pada objek-objek berdaya tarik wisata di dalam kawasan taman nasional sangat prospektif mulai dari pengembangan hasil hutan non kayu hingga wisata hiburan. (sut)

 

BERITA LAINNYA:

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...