Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Pertumbuhan Industri Mamin Turun Tipis

Recommended Posts

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan pertumbuhan industri makanan dan minuman (mamin) nasional menurun tipis di kuartal satu tahun ini. Industri ini diperkirakan hanya tumbuh tiga persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar empat persen.Dirjen Industri Agro Kemenperin Benny Wachyudi mengatakan, meski menurun tetapi pertumbuhan industri makanan dan minuman akan menggeliat di kuartal II dan III. Meski begitu, Benny belum mau merevisi target pertumbuhan industri makanan dan minuman hingga akhir tahun ini yang sekira 7,5-8 persen.

 

"Memang agak turun sekira tiga persen, tetapi akan recover lagi pada kuartal II dan III. Kita masih optimistis 7,5-8 persen tahun ini. Kuartal I selalu lebih rendah. Jadi selalu terjadi penurunan siklusnya,” kata Benny usai pembukaan Pameran Produk Industri Makanan dan Minuman di Kemenperin, Jakarta, Selasa (22/5/2012).

 

Dia memperkirakan, industri mamin nasional akan bertumbuh sekira lima sampai tujuh persen di kuartal dua. Pertumbuhan itu didorong oleh adanya Lebaran. Benny juga menyebut omzetnya akan tumbuh.

 

"Konsep yang dipakai untuk perhitungan pertumbuhan industri adalah konsep nilai tambah. Nilai tambah itu pada dasarnya secara kasar adalah nilai output penjualan dikurangi nilai input. Dalam hal ini kalau ada kenaikan harga bahan baku nilai tambahnya penjualannya tidak turun," jelasnya.

 

Benny menjelaskan, penjualan makanan dan minuman saat ini lebih banyak didorong oleh konsumsi di dalam negeri. Pangsa pasar ekspor sendiri hanya sekira 20 persen.

 

"Kita kalau ada kesempatan sudah barang tentu meningkatkan ekspor. Tapi sementara orientasi di dalam negeri karena makanan dan minuman ini di semua negara hampir ada regulasi dalam rangka keamanan pangan. Upaya-upaya untuk menembus teknis keamanan pangan perlu upaya khusus, sementara di dalam negeri pasarnya sangat besar," papar dia.

 

Porsi produk impor, tambahnya, digunakan untuk mengisi kebutuhan dalam negeri rata-rata sekira 15 persen. Karenanya, masih dibutuhkan investasi di dalam negeri. Contohnya  Nestle yang membangun pabrik di Indonesia, namun untuk produk-produk yang belum bisa diproduksi di dalam negeri dia akan mengimpor terlebih dahulu.

 

"Kalau sudah memenuhi skala ekonomi pasti masuk. Kita pernah impor Milo. Kita punya kakao kita ekspor. Kita impor Milo dari Malaysia. Ternyata penerimaan dalam negeri cukup baik, maka Nestle memutuskan akan membangun pabrik yang akan memproduksi Milo," ucapnya.

 

Benny sendiri memprediksi, investasi makanan dan minuman akan terus meningkat dalam dua sampai tiga tahun mendatang. Dia menyebut, Eropa berminat berinvestasi di Indonesia.  (gna)

(Sandra Karina/Koran SI/rhs)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...