Jump to content
FJB - Forum Jual Beli Indonesia

Archived

This topic is now archived and is closed to further replies.

Lebay

Geliat Bisnis Ulat Hong Kong Beromzet Hingga Rp7 Juta/Bulan

Recommended Posts

W2p81n5ytJ.jpgIlustrasi. (Foto: Okezone)

 

 

 

BAGI kebanyakan orang, ulat merupakan jenis binatang yang menjijikkan. Tapi siapa sangka, di tangan warga desa Bandung Kabupaten Jombang, Jawa Timur, ulat justru menjadi sumber mata pencaharian utama mereka.Bisnis ulat Hong Kong di kalangan warga desa Bandung sudah berjalan hampir sepuluh tahun. Salah satunya adalah Baidowi, pria berusia 53 tahun ini rela banting setir dari usaha yang telah digelutinya selama puluhan tahun, yakni beternak ikan lele.

 

Awalnya, bisnis ini dipilihnya karena keuntungan berternak ikan lele terus merosot. Baidowi yang melihat tetangganya sukses beternak ulat ini pun tergiur untuk mencoba. Setelah enam bulan menekuni usaha ini, Baidowi mengungkapkan bila beternak ulat memang lebih mudah dan relatif jauh dari risiko kematian ataupun penyakit.

Modal Awal

 

Untuk mulai beternak ulat Hong Kong, Baidowi mengatakan ada beberapa cara yang harus ditempuh. Sebagai awalan, harus membeli bibit dengan modal Rp1 juta-Rp2 juta maka akan mendapatkan 50 kilogram indukan (kepik) yang banyak di jual di toko pertanian.

 

Indukan tersebut, kemudian diletakkan pada sebuah tempat berupa ijuk atau serabut kelapa. Setelah bertelur dan menjadi anak ulat, pisahkan anak ulat tersebut ke dalam wadah tersendiri yang penuh dengan bekatul. Untuk memelihara ulat Hong Kong ini cukup mudah, setiap hari Baidowi hanya memberi makan ulat-ulatnya dengan polar atau serbuk sagu.

Keuntungan

 

Dengan modal awal 50 kg indukan, maka setiap tiga hari sekali, Baidowi dapat memanen sedikitnya 25 kilogram ulat Hong Kong. Karena sudah tenar, maka penjualan pun tidak terlampau sulit.

 

Baidowi mengaku juga tidak sulit, karena setiap hari selalu ada saja pengepul yang datang dan memborong ulat Hong Kong hasil peternakan warga. Ulat ini, dia lego dengan harga Rp25 ribu per kilogram.

 

Menurut Baidowi, kebutuhan masyarakat akan ulat jenis ini memang banyak. Pasalnya, ulat Hong Kong kebanyakan digunakan untuk pakan burung atau ikan. Dengan modal awal Rp1 juta-Rp2 juta, maka dari 50 kilogram indukan Baidowi dapat meraup omzet antara Rp6 juta-Rp7 juta per bulan. (Mukhtar Bagus/Sindo TV/mrt)

 

 

p-89EKCgBk8MZdE.gif

 

Sumber

Share this post


Link to post
Share on other sites

×
×
  • Create New...