PENYEDIA WALLPAPER VINYL UNTUK HOTEL ELEGAN

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: Okezone)

 

 

 

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan alami pelemahan imbas dari inflasi April 2012 yang ternyata di luar perkiraan. Sebelumnya, BPS mencatat inflasi di April sebesar 0,21 persen, lebih tinggi dari ekspetasi yang sebesar 0,2 persen."Hari ini bisa lanjutkan pelemahan. Ekspektasi inflasi yang masih tinggi, perkiraan tidak jauh berbeda dengan Maret. Memang ekspektasi inflasi masih cukup tinggi ke depan," kata analais valuta asing Rully Nova saat dihubungi Okezone di Jakarta, Rabu (2/5/2012).

 

Sehingga untuk perdagangan hari ini, dia memprediksi rupiah akan berada di kisaran Rp9.180-9.210 per USD. Dia mengatakan pula, rilis data pertumbuhan di Amerika Serikat (AS) yang melambat di luar ekspektasi. Hal itu membuat pelaku pasar menerka jika akan ada kemungkinan bagi the Fed untuk menggelontorkan stimulus keduanya.

 

"Regional juga sebenarnya yang dilihat  adalah yen cenderung menguat, memang ada kekhawatiran di pelaku pasar terkait dengan pemulihan ekonomi global. Investor saat ini lebih berjaga-jaga dan menempatkan dananya di curenncy lebih kuat seperti yen Jepang," akunya.

 

Selain yen Jepang, dia juga melihat mata uang seperti francs Swiss dan dolar Australia menjadi salah satu mata uang yang dianggap sebagai hard currency.

 

Nilai tukar rupiah terhadap dolar, di perdagangan sore kemarin bergerak stabil di angka Rp9.193 per USD. Hal ini dikarenakan prediksi inflasi bergerak di angka 0,21 persen, tak jauh dari prediksi pasar di angka 0,2 persen. Demo buruh dalam memperingati hari buruh pun berjalan tertib. Seperti dikutip dari yahoofinance, nilai tukar dolar berada di Rp9.193 per dolar atau tidak berubah dari pembukaan pagi tadi. Bank Indonesia (BI) sendiri mencatat hari ini, pergerakan rupiah berkisar antara Rp9.193-Rp9.194 per USD. (wdi)

 

 

 

Sumber