Sinergi Kementan-TNI Salurkan 10 Ton Bahan Pangan ke Bener Meriah Aceh

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: Okezone)

 

 

 

JAKARTA - Rupiah pada akhir pekan ini tidak mengalami pergerakan yang signifikan. Kendati demikian, rupiah mengalami koreksi tipis terhadap dolar Amerika Serikat.Menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah pada penutupan perdagangan, berada di kisaran Rp9.184 per USD, dengan range perdagangan harian Rp9.138-Rp9.230 per USD. Angka penutupan tersebut mengalami koreksi dua poin dibanding perdagangan Kamis 19 April kemarin yang berada di posisi Rp9.182 per USD. Sementara, Bloomberg mencatatkan nilai tukar rupiah berada pada Rp9.181 per USD dengan rata-rata perdagangan harian Rp9.155-Rp9.203 per USD.

 

Banyaknya sentimen negatif dari global, membuat investor cenderung berhati-hati atas mata uang di wilayah Asia. Yang juga menjadi sorotan, adalah kewaspadaan inflasi Indonesia yang tinggi di April akibat lonjakan harga-harga barang turut memicu depresiasi rupiah.

 

"Terlebih munculnya persoalan di kawasan Benua Biru lebih mendukung supremasi The Big Dollar dibandingkan rupiah," ujar Head of Research Treasury Divison BNI Nurul Eti Nurbaeti, kepada okezone di Jakarta, Jumat (20/4/2012).

 

Dia mengungkapkan aksi tahan posisi partisipan pasar di tengah minimnya fresh catalyst, ditengarai menjadi penyebabnya.

 

"Sedangkan, kekawatiran atas Spanyol yang bakal menjadi the next Greece ikut memperkeruh pergerakan mata uang Garuda," tambahnya.

 

Selain itu, global risk appetite akibat terhantamnya data ekonomi AS, menambah tekanan atas pergerakan mata uang Asia, termasuk rupiah. "Pelemahan mata uang Garuda mendekati level psikologis tinggi pun kembali menyeruak, seiring indikasi kendurnya pemantauan BI atas posisi USD/rupiah," jelas dia.

 

Meski begitu, dia meyakini Bank Indonesia (BI) menjaga agar rupiah berada di level Rp9.200 per USD. (mrt)

 

 

 

Sumber