Wamentrans Soroti Potensi Kawasan Transmigrasi di Diseminasi Riset TEP

[Lebay Pemilik Lapak 0]

Ilustrasi. (Foto: Koran SI)

 

 

 

JAKARTA - Ekspor makanan dan minuman olahan ke China tahun ini diperkirakan bisa mencapai USD300 juta. Jumlah itu naik dibandingkan realisasi tahun lalu yang sebesar USD180 juta.Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, dalam dua tahun ke depan, ekspor makanan dan minuman ke China bisa mencapai USD500 juta.

 

Hingga saat ini, kata dia, ekspor mkanan dan minuman olahan ke China didominasi oleh produk cokelat, makanan ringan, dessert food, dan kopi. China, lanjutnya, merupakan pasar yang berpotensi besar.

 

“Tahun ini harus naik menjadi USD300 juta. Dalam dua tahun mendatang, dengan potensi yang ada, seharusnya ekspor mamin olahan ke China bisa mencapai USD500 juta,” kata Adhi di Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Rabu (4/4/2012).

 

Lebih lanjut Adhi mengatakan, setiap produk yang diekspor ke China harus melewati proses analisa dan menunggu lama sebelum bisa dijual di pasar. “Itu kan nontariff measure. Saya meminta mereka agar lebih membuka akses pasarnya. Kalau hanya mengandalkan tarif, susah. Mereka harus mau dulu. Ini yang jadi kendala ekspor kita selama ini,” tegasnya.

 

Produsen makanan dan minuman China, kata dia,  juga masih enggan  untuk berinvestasi di Indonesia. “Kita yang harus mendekati dan mengejar investasi mereka. Supaya mau masuk di tahap produk jadi di sini,” jelasnya.

 

Lebih lanjut Adhi mengatakan, total nilai ekspor makanan dan minuman dari Indonesia pada tahun ini ditargetkan akan mencapai USD6 miliar, terutama ke Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Selatan.

 

Terkait skema tarif Asean-China Free Trade Agreement, lanjutnya, pemanfaatannya saat ini naik 65 persen. Hal itu, kata dia, terlihat dari catatan surat keterangan asal (SKA) skema ACFTA yang dilakukan oleh perusahaan makanan dan minuman nasional. (Sandra Karina/Koran SI/wdi)

 

 

 

Sumber